BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan
yang belum lama lahir pada perm per an abad kedua puluh. Dua aliran pemikiran yang menonjol pada saat
itu adalah strukturalisme dan fungsionalisme,
tetapi masing-masing menghadapi permasalahan. Strukturalisme menggunakan
metode introspeksi yang memisahkannya dari perkembangan-perkembangan penting dalam
ilmu pengetahuan dan tidak mempertimbangkan tulisan, Fungsionalisme memiliki fokus
studi yang terlalu luas karena pendukung-pendukungnya memberikan terlalu banyak
tuntunan penelitian.
Di tengah situasi ini, behaviorisme mengawali
kemunculannya menjadi disiplin ilmu psikologi yang terkemuka yang umumnya
dikatakan sebagai penemu dan penyokong behaviorisme modern, meyakini bahwa aliran-aliran pemikiran dan
metode-metode penelitian yang mempelajari pikiran itu tidak ilmiah jika
psikologi ingin dijadikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan, studinya harus membangun strukturmya sendiri
melalui jalur-jalur ilmu-ilmu fisik yang meneliti
fenomena-fenomena
yang dapat diamati dan diukur. Perilaku
merupakan materi yang tepat bagi studi para psikolog. Introspeksi tidak dapat
diandalkan, pengalaman-pengalaman dari
pikiran sadar tidak
dapat diamati, dan orang-orang yang
memiliki pengalaman-pengalaman tersebut tidak bisa dipercaya untuk
melaporkannya secara akurat.
bahwa model pengkondisian Pavlov
adalah model yang tepat
untuk membangun sebuah ilmu perilaku manusia. Watson yakin bahwa model Pavlov
dapat dikembangkan untuk dapat mencakup bentuk-bentuk pembelajaran dan
karakteristik kepribadian yang bernmacam-macam. Contohnya, bayi yang baru lahir mampu memperlihatkan
tiga macam emosi rasa sayang, rasa takut, dan rasa marah. Melalui teori pengkondisian dari
Pavlov emosi-emosi ini dapat menjadi lekat dengan stimulasi-stimulasi untuk
menghasilkan kehidupan masa dewasa yang kompleks.
Makalah
ini membahas tentang behaviorisme sebagaimana yang dikemukakan oleh teori-teori
pengkondisian pembelajaran karakteristik yang menandai teori-teori pengkondisian
bukan studinya yang berkenaan dengan perilaku tetapi lebih pada penjelasannya tentang
pembelajaran dalam hubungannya dengan peristiwa-peristiwa lingkungan. Meskipun tidak memungkiri keberadaan
fenomena mental teori-teori ini meyakini bahwa fenomena-fenomena tersebut tidak
diperlukan untuk memberi penjelasan mengenai pembelajaran.
1.2 Tujuan
Ø Menjelaskan bagaimana perilaku di
pelajari menurut teori koneksionisme.
Ø Mendiskusikan beberapa kontribusi
Thorndike dalam praktik pendidikan.
Ø Menguraikan bagaimana respons dikondisikan, dihilangkan,
dan digeneralisasikan menurut teori pengkondisian klasik.
Ø Menggambarkan proses di mana sebuah
respons emosional dapat dikondisikan dengan sebuah objek yang pada mulanya
netral.
Ø Menjelaskan bagaimana
gerakan-gerakan dikombinasikan untuk menjadi sebuah tindakan berdasarkan teori
pengkondisian kontiguitas
Ø Mendeskripsikan model kontingensi
tiga kondisi dari pengkondisian operan, dan memberikan contoh-contohnya
Ø Mendefinisikan dan mencontohkan
konsep-konsep pokok pengkondisian operan
Ø Memberikan gambaran singkat
tentang model behavioris untuk pengaturan diri
Ø Menjelaskan beberapa pokok
aplikasi pendidikan dari prinsip-prinsip operan terhadap pendidikan
1.3 Rumusan
masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KONEKSIONISME
Edward L Thorndike (1874-1949) adalah seorang psikolog terkemuka di Amerika
Serikat yang teori pembelajarannya koneksiasisine-dominan di negeri tersebut
pada paruh pertama abad kedua puluh (Mayer, 2003). Tidak seperti banyak psikolog terdahulu ia
tertarik pada pendidikan, terutama
pembelajaran, transfer,
perbedaan-perbedaan individu, dan
inteligensi (Hilgard, 1996 ; McKeachie, 1990). la menerapkan sebuah pendekatan
eksperimental ketika mengukur hasil-hasil yang dicapai oleh siswa. Pengaruhnya terhadap pendidikan ditandai
dengan adanya Thorndike Award (Penghargaan Thorndike) penghargaan tertinggi
yang diberikan oleh Divisi Psikologi Pendidikan Asosiasi Psikolog Amerika
kepada kontribusi kontribusi besar terhadap psikologi pendidikan.
Pembelajaran dengan cara Trial
and-Error Karya Thorndiks yang paling penting adalah seri EA Pryelolon yang berjumlah
tiga volume (Thorndike. 1913a,
1913b, 1914) la menyatakan pandangan bahwa tipe yang
paling fundamental adalah pembentukan asosiasi-asosiasi pengalaman-pengalaman
indrawi (persepsi terhadap
stimulus atau peristiwa) dan impuls-impuls
saraf (respons
respons) yang memberikan manifestasinya
dalam bentuk perilaku la percaya pembelajaran sering teriadi melalui rangkaian eksperimen trial and error
(menyeleksi dan mengkoneksikan). Thorndike mulai mempelajari pembelajaran
dengan serangkaian eksperimen yang daakukannya terhadap hewan mhorndike
1911) Hewan-hewan yang berada dalam
situasi-situasi yang bermasalah mencoba untuk mencapai tujuannya (misalnya mendapatkan makanan, sampai ke tempat yang dituju) Dan banyaknya respons yang mereka lakukan,
mereka memilih satu,
menjalankannya, dan menerima
akibatnya Makin sering membuat respons terhadap suatu stimulus makin kuat
respons tersebut menjadi terkoneksi dengan stimulus tersebut Dalam sebuah
situasi eksperimen tipikal seekor kucing ditempatkan dalam sebuah kandang si
kucing dapat membuka sebuah lubang keluar dengan mendoro sebuah tongkat atau
menarik sebuah rantai Setelah melakukan serangkaian respons acak kucing pada akhirnya dapat
keluar dengan membuat respons yang dapat membuka lubang keluar tersebut. Setelah itu si kucing ditaruh lagi dalam
kandang Dari hasil mencoba-coba, kucing
tersebut mencapai tujuannya(keluar kandang)
dengan lebih cepat dan membuat lebih sedikit kesalahan sebelum akhirnya
merespons dengan benar, trial-and-error terjadi secara
berangsur-angsur(bertahap) di mana
respons-respons yang berhasil dibentuk dan yang tidak berhasil diabaikan koneksi-koneksi terbentuk secara mekanis
melalui perulangan persepsi dan pikiran sadar diperlukan Hewan tidak memahami
atau memiliki pengetahuan Thorndike menyadari
bahwa pembelajaran manusia lebih kompleks karena manusia terlibat dalam tipe pembelajaran
lainnya yang memerlukan pengkoneksian ide-ide,
(analisis
dan penalaran Thorndike, 1913b). Meski
demikian, kemiripan dalam hasil-hasil penelitian dari studi hewan dan studi
manusia mendorong untuk menjelaskan pembelajaran yang kompleks dengan
prinsip-prinsip dasar Orang yang berpendidikan memiliki jutaan koneksi antara
stimulus dan respons.
Hukum Latihan dan Akibat
(Exercise and Effect Laws) lde-ide dasar Thorndike mengenai pembelajaran
diwujudkan dalam Hukum Latihan dan Akibat Hukum Latihan terdiri dari dua bagian
Hukum Kegunaan (Law of use) sebuah respons terhadap sebuah stimulus memperkuat
koneksi keduanya: Hukum Ketidakgunaan
(tase of Disuse) ketika respons tidak diberikan terhadap sebuah stimulus, kekuatan koneksinya menjadi menurun (dilupakan). Makin panjang interval waktu sebelum sebuah
respons diberikan, makin besar penurunan
kekuatan koneksi Hukum Akibat sangat penting bagi teori Thorndike
(Thorndike, 1913b) ketika sebuah koneksi
yang dapat diubah antara sebuah situasi dan sebuah respons dibuat dan disertai
atau diikuti oleh suatu keadaan yang memuaskan,
kekuatan koneksi tersebut meningkat ketika dibuat dan disertai atau
diikuti oleh sebuah keadaan yang tidak menyenangkan, kekuatannya akan menurun. Hukum Efek
menekankan pada akibat-alihat dari perilaku Respons respons yang menghasilkan
akibat akibat yang memuaskan (mendatangkan imbalan) akan dipelajari, respons-respons
yang menghasilkan akibat-akibat yang tidak menyenangkan (mendatangkan
hukuman) tidak dipelajari. Hal ini merupakan penjelasan fungsional dan
pembelajaran karena sarana-sarana yang memuaskan (respons respons yang
memberkan hasil-hasil yang diinginkan)
membantu individu-individu menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka
studi yang berikut ini mengilustrasikan penerapan dan Hukum Efek (Thorndike,
1927) Lima puluh strip kertas diperlihatkan kepada para partisipan satu per satu.
Panjang kertas-kertas tersebut berkisar dari 3 sampai 27 sentimeter (cm). Di
dekat tiap-tiap strip kertas yang ditunjukkan pada mereka ada strip kertas
kedua yang mereka tahu panjang nya 10 cm. Pada mulanya mereka memperkirakan
panjang dari tiap strip kertas tanpa umpan-balik. Setelah itu ke 50 strip
kertas tersebut disodorkan kepada mereka lagi per satu Kali ini, setiap selesai memperkirakan panjang
tiap-tiap kertas, mereka diberi tahu
apakah mereka benar atau salah oleh si pelaku eksperimen setelah sostrp kertas
ini diperlihatkan pada mereka berulang kali dalam beberapa hari berikutnya
mereka disodori kertas kertas tersebut tanpa umpan-balik tentang keakuratan
estimasi mereka Melalui latihan lalihan ini perhitungan-perhitungan panjang kertas
dan para parti makin mendekati ukuran panjang sebenarnya dari kertas kertas
tersebut dibandirgkan dengan hasil-hasil perkiraan perhitungan mereka
sebelumnya Thorndike menyimpu bahwa hasil-hasil yang serupa dengan hasi-hasil
eksperimen dimana hewan diberi imbalan makanan atau kebebasan mendukung gagasan
yang menyatakan bahwa antara stimulus dan respons yang memuaskan (benar) akan
diperkuat sementara yans tidak menyenangkan (tidak benar) akan melemah.
Prinsip-prinsip Lain Teori
Thorndike (913b) mencakup prinsip-prinsip lain yang juga relevan dengan
pendidikan Salah satunya adalah Hukum Kesiapan (Law of Readiness) yang
menyatakan bahwa ketika seseorang dipersiapkan (sehingga siap) untuk bertindak
maka melakukan tindakan tersebut merupakan imbalan (reventing) sementara tidak
melakukannya merupakan hukuman (punishing)
Jika seseorang lapar,
respons-respons yang mengarah pada makanan ada dalam kondisi siap, sementara respons-respons lain yang tidak
mengarah pada makanan tidak dalam kondisi siap Ketika seseorang capek yang akan
dihasilkannya adalah hukuman jika ia memaksa untuk bekerja jika ide ini
diaplikasikan pada pembelajaran, dapat
kita katakan bahwa ketika siswa siap untuk mempelajari tindakan tertentu (dalam
kaitannya dengan level perkembangan atau penguasaan keterampilan yang
sebelumnya), maka perilaku perilaku yang
mendukung pembelajaran ini akan menghasilkan imbalan Ketika siswa tidak siap
untuk belajar atau tidak memiliki keterampilan-keterampilan prasyaratnya, maka berusaha belajar akan menghasilkan
hukuman dan menyia-nyiakan waktu. prinsip peralihan asosiatif (associative
shifting) mengacu pada situasi di mana
respons-respons yang diberikan untuk stimulus tertentu pada akhirnya dituliskan
pada stimulus sama sekali jika setelah percobaan yang berulang-ulang ada
perbedaan-perbedaan kecil dalam karakteristik stimulus Contohnya, untuk nengajari siswa sebuah bilangan dua
digit menjadi sebuah bilangan empat digit pertama lama ugari mereka membagi
bilangan satu digit menjadi bilangan satu digit kemudian lebih banyak digit
pada bilangan pembagi penyebut dan elemen-elemen dentik memengaruhi transfer
(generalisasi) yaitu tingkatan dimana atau pelemahan suatu koneksi menghasilkan
perubahan yang serupa dalam koneksi lainnya (Hilgard 1996, Thorndike, 1913b lihat Bab 7) Transfer terjadi ketika situasi yang ada
memiliki elemen-elemen yang identik dan memerlukan yang sama (Thorndike dan
Woodworth 1901) menemukan bahwa latihan
atau pelatihan untuk sebuah keterampilan dalam konteks tertentu tidak mening
kee ampuan seseorang dalam mempraktikkan keterampilan tersebut secara umum Jadi
menghitung luas bujur sangkar tidak meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung
luas segitiga lingkaran, dan
gambar-gambar bangun tak beraturan"
Keterampilan harus diajarkan dengan tipe-tipe muatan pendidikan yang
berbeda-beda kepada siswa untuk memahami bagaimana menerapkannya.
Revisi terhadap Teori Thorndike.
Thorndike merevisi Hukum Latihan dan Akibat setelah didapatkan bukti dari penelitian
lain yang ternyata tidak mendukungnya (Thorndike 1912) Thorndike menyingkirkan
Hukum Latihan ketika ia menemukan bahwa perulangan sederhana sebuah situasi tidak
selalu mengesahkan respons-respons. Dalam salah satu eksperimen misalnya, para partisipan menutup mata mereka dan
menggambar garis-garis yang menurut perasaan mereka panjangnya 2.4. 6, dan
inci Mereka melakukannya ratusan kali selama beberapa hari tanpa umpan balik yang
memberitahukan tentang keakuratan panjang garis mereka (Thorndike 1932) Jika
Hukum Latihan benar, maka respons yang
diberikan paling sering selama 100 an kali penggambaran garis akan menjadi
makin sering setelahnya. tetapi
Thorndike tidak menemukan bukti-bukti yang mendukung gagasan ini Yang terjadi
adalah rata-rata panjang garis berubah seiring dengan waktu Tampaknya umumnya
orang bereksperimen dengan panjang yang berbeda karena mereka tidak yakin
tentang panjang garis yang benar Dengan demikian perulangan sebuah situasi
tidak dapat meningkatkan kecenderungan akan hadirnya respons yang sama di masa
mendatang sesuai dengan Hukum Efek pada awalnya Thorndike berpikir bahwa efek-efek
penghasil kepuasan (imbalan-imbalan) dan
penghasil ketidaksenangan (hukuman-hukuman) berlawanan, tetapi sebanding, namun penelitian menunjukkan tidak demikan kejadiannya
Pada kenyataannya imbalan memperkuat koneksi-koneksi hukuman tidak selalu
melemahkannya (Thorndike, 1932) Lebih tepatnya koneksi-koneksi melemah ketika
koneksi-koneksi alternatif dibuat. Dalam sebuah studi (Thorndike, 1932),
partisipan diberi kata-kata bahasa Inggris yang kurang umum digunakan (misalnya;
edacious = lahap, eidolon = hantu /sesuatu atau orang diidealkan). Masing-masing
kata diikuti oleh lima kata bahasa inggris yang umum yang salah satunya adalah
sinonim yang benar dari kata-kata sulit tersebut Pada tiap-tiap percobaan
partisipan memilih sebuah sinonim dan menggarisbawahinya dan setelah itu
peneliti mengatakan benar (imbalan) atau ulah (hukuman). Imbalan meningkatkan pembelajaran tetapi
hukuman tidak mengecilkan kemungkinan munculnya respons terhadap kata yang
menjadi stimulus tersebut Hukuman menekan respons tetapi respons tersebut tidak
dilupakan Hukuman bukan merupakan sarana yang efektif untuk mengubah perilaku
karena hukuman tidak mengajar siswa Perilaku yang benar, tetapi lebih berperan memberi apa yang
seharusnya tidak dilakukan Hal ini juga berlaku pada keterampilan kognitif
Brown dan Burton (1978) menemukan bahwa
siswa belajar buggy algorithm (cara-cara yang salah) untuk memecahkan
masalah-masalah (misalnya kurangi bilangan yang lebih besar dengan bilangan
yang lebih kecil, kolom demi kolom, 4371 2748-24 salah dan kemudian merkka diberi
umpan balik perbaikannya lalu berlatih menyelesaikan soal dengan benar, mereka akan belajar metode yang benar tetapi
tidak melupakan cara yang lama.
Thorndike dan Pendidikan
Sebagai dosen pendidikan di Teachers College,
Columbia University, Thomdar
menulis buku-buku yang membahas topik-topik seperti tujuan-tujuan pendidikan, proses proses pembelajaran, metode metode pengajaran, rangkaian-rangkaian kurikulum, dan teknik-teknik untuk menilai hasil-hasil
pendidikan(Hilgard, 1996: Mayer,
2003, Thorndike 1906, 1912.
Thorndike& Gates, 1929).
Beberapa dari kontribusi Thorndike yang banyak jumlahnya itu di
antaranya adalah Prinsip-Prinsip Pengajaran Guru harus membantu siswa membentuk
kebiasaan yang baik Thorndike(1912)
mengatakan bahwa Bentuklah kebiasaan Jangan berharap kebiasaan-kebiasaan
itu terbentuk sendiri Hati-hati jangan sampai membentuk suatu kebiasaan yang
nantinya hanus diubah Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan ketika satu
kebiasaan saja sudah cukup lika hal-hal lainnya berjalan sesuai harapan, bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai
dengan bagaimana ia nanti digunakan Prinsip yang terakhir merupakan peringatan
agar jangan menghilangkan materi var dari aplikasi aplikasinya"Karena
bentuk-bentuk kata sifat dalam bahasa Jerman atau Latin selalu harus digunakan
dengan kata benda, maka kata sifat-kata
sifat tersebut harus pengetahuan Chlm 74)
siswa memahami bagaimana menerapkan dan keterampilan yang mereka peroleh
Penggunaan penggunaan pengeta huan dan keterampilan ini harus dipelajari dalam
hubungannya dengan materi ajar Rangkaian Karikulum. Sebuah keterampilan harus diperkenalkan (thorndike dan Gates, 1929) :
Pada
saat atau sesaat sebelum keterampilan tersebut dapat digunakan dengan ca yang
sesuai. Pada saat siswa sadar bahwa
mereka membutuhkan keterampilan tersebut sebaga sarana memenuhi beberapa tujuan
yang bermanfaat Ketika keterampilan tersebut paling cocok dengan kemampuan
siswa dalam ha tingkat kesulitan Ketika keterampilan tersebut paling selaras
dengan level dan tipe emosi,
selera, sert kecenderungan
naluriah dan kecenderungan yang didasarkan atas kemauan sendi yang paling aktif
pada saat itu. Ketika keterampilan
tersebut ditunjang secara optimal oleh pembelajaran-pembelaja an yang diperoleh
tepat sebelumnya dan ketika keterampilan tersebut akan dap menunjang
pembelajaran yang akan terjadi tak lama setelahnya secara optimal
Prinsip-prinsip ini bertentangan dengan penempatan materi ajar yang umum
sekolah di mana materi pelajaran dipisah-pisahkan menurut bidang
studi(misalnya; IPS, matematika, IPA)
Tetapi thorndike dan gates
(1929) sangat merekomendasikan supaya pengetahuan dan ketrampilan diajarkan
dalam bidang studi yang berbeda-beda. Contohnya, bentuk-bentuk pemerintahan
adalah topik yang sesuai bukan hanya dalam bidang studi pendidikan
kewarganegaraan dan sejarah, tetapi juga dalam bidang studi bahasa inggris dan bahasa asing.
Disiplin mental, adalah
pandangan bahwa mempelajari bidang studi tertentu, dapat meningkatkan fungsi
mental umum secara lebih baik di banding mempelajari bidang-bidang studi
lainnya. Disiplin mental adalah sebuah pandangan yant populer diantara para
pendidik di masa thorndike. Ia menguji gagasan ini pada 8500 siswa kelas 9-11
(thorndike, 1924). Siswa diberi ted
inteligensi di awal tahun ajaran, dan program-program studi yang ditawarkan pada tahun tersebut
dibandingkan untuk menentukan apakah pelajaran-pelajaran tertentu ada hubungan
nya dengan prestasi-prestasi intelektual yang lebih besar. Hasil penelitian
tidak mendukung konsep disiplin mental. Siswa yang memiliki kemampuan lebih
tinggi pada saat mulai belajar membuat kemajuan paling baik terlepas dari apa
yang mereka pelajari.
Jadi, sebaiknya kita tidak
berasumsi bahwa beberapa bidang studi dapat meningkat kan kemampuan nental
siswa secara lebih baik dibanding bidang-bidang studi lainnya. Seharusnya kita
menilai bagaimana bidang studi yang berbeda-beda memengaruhi kemampuan siswa
untuk berfikir serta memengaruhi hasil-hasil akhir lainnya. Penelitian
thorndike yang berpengaruh mendorong para pendidik untuk membuat rancangan
kurikulum-kurikulum yang tidak didasarkan pada gagasan disiplin mental.
PENGKONDISIAN KLASIK ta telah
mengetahui bahwa peristiwa peristiwa di Amerika Serikat pada pew kedua puluh
membantu pengakuan psikologi sebagai ilmu pengetahuan ng ikahan pembelajaran
sebagai bidang kajian yang sah Di samping itu,
terda kembangan perkembangan penting di negara-negara lain. Salah satunya yan t adalah tulisan Ivan
Pavlov(1849-1936), seorang psikolog
Rusia yang mer kan hadiah Nobel pada 1904 atas hasil karyanya mengenai
pencernaan Wawasan Pavlov untuk teori pembelajaran dapat ditemukan dalam tu
mengenai pengkondistan klasik(Cunv Ioos Hunt to 3 Windhola, 1997).
Saat Pav adi direktur laboratrium fisiologi di Institut Kedokteran
Eksperimental di Petr memerhatikan bahwa a sering berliur ketika melihat
pelayan membawakau makanan atau bahkan mendengar langkah kaki pelayan
tersebut. Pavlov m bahwa si pelayan
bukan sebuah stimulus alami untuk gerak refleks mengeluar lebih tepatnya
pelayan tersebut memiliki pengaruh ini karena ia berasosias dengan makanan.
Proses Proses Dasar
Pengkondisian klasik merupakan sebuah prosedur mult langkah yang pada mulan
membutuhkan sebuah stimulus yang tak terkondisikan(ucs unconditioned
Stimulus) yang sebuah respons yang tak
terkondisikan(ucR- unconditioned Response
Pavlov memberikan bubuk daging kepada si anjing yang lapar(UCS) kemudian membuat si anjing mengeluarkan
liurnya(UcR). Untuk mengondisikan
binatang ini, ia harus be ulang kali
diberi stimulus yang mulanya netral untuk waktu yang singkat stimulu diberikan
Pavlo sering menggunakan metronom yang berdetak sebagai si anjing Di percobaan-percobaan
awal, bunyi detak metronom tidak membuat
mengeluarkan liurnya. akhirnya, si anjing mengeluarkan liurnya sebagai respons
Pada Metronom ini menjadi bunyi detak om sebelum bubuk daging diberikan
padanya. menghasilkan respons sebuah stimulus
yang terkondisikan(cs Conditioned Stimulus yang aslinya(Tabel 3.1) yang terkondisikan(CR Conditioned
Response) serupa dengan ucR ada penguat
Pemberian CS(dalam hal ini tanpa Ucs)
yang dilakukan berulang kali tanpa yang dikenal membuat CR menurun intensitasnya
dan kemudian hilang: sebuah fenomena
dengan kepunahan(extinction(Larrauri&
Schmajuk, 2008; Pavlov,
1932b) mana cs tidak Pemulihan
spontan(spontaneous recovery) terjadi
setelah selang waktu di kembali diberikan dan CR dianggap menghilang Jika
kemudian CS diberika dan CRnya lagi,
bisa kita katakan bahwa CR tersebut secara spontan dipulihkan dari kep
Sebuah CR yang pulih tidak akan bertahan kecuali Cs tersebut diberikan kembali. Pemasangan CS dengan UCS dapat mengembalikan
CR kepada pengaruhnya semula bahwa pasangan Cs CR dapat diperbaiki tanpa banyak
kesulitan sepenuhnya. Kenyataan
pembatalan pembelajaran ata menunjukkan bahwa kepunahan bukan merupakan
asosiasi-asosiasi tersebut(Redish.
Jensen, Johnson, & Kurth Nelson,
2007).
Generalisasi bermakna bahwa CR
ditimbulkan oleh stimulus-stimulus yang serupa dengan CS(Gambar 3.2) Begitu si anjing telah dikondisikan untuk
mengeluarkan liurnya sebagai respons terhadap metronom yang berdetak 70 kali
per menit, ia juga dapat berliur ketika
metronom tersebut berdetak lebih cepat ataupun lebih lambat, demikian juga untuk jam atau pengukur waktu
yang berdetak Makin tidak serupa stimulus-stimulus yang baru dengan CS atau
makin sedikit elemen yang sama antara stimulus yang baru dan Cs makin
sedikitlah generalisasi yang terjadi(Harris,
2006).
diskriminasi adalah proses
komplementer yang terjadi ketika si anjing belajar untuk espons sementara
stimulus stimulus yang lain yang serupa tidak.
melatih diskriminasi, pelaku
eksperimen dapat memasangkan cs dengan ucs da menghadirkan pula stimulus
stimulus lainnya yang serupa tanpa UCS.
Jika csnya adalah yang berdetak kali per menit, maka UCS kan disajikan, sementara p metronom yang lain(misalnya: metronom yang berdetak 50 dan 90 per
menit) tidak barengi atau dipasangkan
dengan penyajian UCS Ketika stimulusnya telah terkondisikan, ia akan berfungsi sebagai sebuah ucs dan san
tingkatan yang elil tinggi(higher-order conditioning dapat terjadi(Pavlov, 1927)
lika seekor anjing telah dikondisikan untuk berliur dengan hadirnya
bunyi metronom yang berdetak 70 kali per menit,
metronom yang berdetak ini dapat berfungsi sebagai sebuah untuk
pengkondisian dengan tingkatan yang lebih ulus netral yang baru(seperti alat
listrik yang berdengung) dapat dibunyikan
elama beberapa detik, lalu diikuti
dengan bunyi deta metronon. Jika, setelah beberapa kali percobaan, mulai berliur ketika mendengar bunyi dengung
listrik tersebut, tan k berdengung ini
lah menjadi cs tingkatan kedua.
Pengkondisian untuk Cs retrai ketiga akan memerlukan pemanfaatan Cs
sebagai USC dan sebuah stimulus rng melebihi tingkatan dengannya
Pavlov(1927) melaporkan bahwa
pengkondisi ke lit dicapai.
Pengkondisian dengan tingkatan
yang lebih tinggi merupakan sebuah proses yang kompleks yang tidak dipahami
dengan baik(Rescorla, 1972). Konsepnya menari teoretis dan mungkin dapat
membantu menjelaskan mengapa sebagian fenomena s(misalnya, kegagalam dalam ujian) dapat menyebabkan reaksi reaksi emosional
yang terkondisikan seperti stres dan cemas.
Dalam kehidupan terdahulu kegagal mungkin sebuah kejadian yang netral
Kegagalan sering kali dikaitkan dengan penolakan dari orang tua dan para
guru. Penolakan tersebut barangkali
sebagai u y menghasilkan kecemasan Melalui pengkondisian, kegagaln dapat menimbulkan k tersebut juga
dapat menjadi stimulus ter Tanda-tanda yang dikaitkan dengan situasi
kondisi. Dengan demikian, siswa bisa saja merasa cemas ketika mereka
berjalan mema sebuah ruangan di inana mereka akan menghadapi tes atau ketika
seorang guru mem bagikan lembar ujian cs yang mampu memproduksi CR disebut
dengan tanda-tanda pruner oprimary Tidak seperti binatang, manusia memiliki kapasitas untuk berkata-kata
yang dapat secara mengembangkan potensi untuk pengkondisian(Windholz
1997), Bahasa merupakan sistemu tanda
kedua(second signal sy Kata-kata a pikiran merupakan label- label yang menandai peristiwa peristiwa atau
objek-objek dan dapat menjadi Maka berpikir tentang sebuah tes atau
mendengarkan guru membahas tentang yang akan dapat menimbulkan kecemasan Bukan
tesnya yang membuat siswa cemas tetapi kata-kata dan pikiran tentang tes
tersebut yakni representasi atau makna lingui dari tes tersebut.
Variabel-variabel Informasi
Pavlov percaya bahwa pengkondisian merupakan proses yang otomatis yang terjudi
melalui pemasangan cs dengan ucs yang berulang-ulang dan bahwa pemisahan dan
kedua hal tersebut secara berulang akan menghilargkan CR Meski demikian, pada manusia,
pengkondisian ini dapat terjadi dengan cepat, kadang-kadang teriadi setelah satu kali saja
pemasangan cs UCs Pemisahan yang berulang antara CS dan UCS bisa jadi tidak
menghilangkan CR. Tampaknya terjadinya
kepunahan sangat tergantung pada konteks(Bouton Nelson, & Rosas 1999)
Res respons dapat tetap hilang dalam konteks yang sama, tetapi ketika settingnya berubah. CRnya dapat kembali lagi. Temuan-temuan ini menimbulkan keraguan
terhadap deskripsi pengkondisian Pavlov.
Penelitian yang diadakan setelah Pavlov telah menunjukkan bahwa
pengkondisian lebih tergantung pada tingkatan di mana cs membawa informasi
tentang kemungkinan terjadinya UCs daripada pada pemasangan cs dengan
UCs(Rescorla, 1972, 1976)
sebagai ilustrasi, kita asumsikan
ada dua stimulus stimulus yang satu selalu diikuti oleh sebuah UCS sedangkan
yang satunya kadang-kadang saja diikuti oleh Ucs tersebut Stimulus yang pertama
akan menghasilkan pengkondisian karena dapat memprediksikan permulaan dari UCs
secara reliabel. Bahkan, mungkin kita tidak perlu memasangkan Cs
dengan ucs, pengkondisian dapat terjadi
hanya dengan memberitahu orang bahwa kedu oerkaitan(Brewer. 1974).
Sama halnya, pemisahan antara CS
dan UCS bisa jadi tidak di perlukan untuk menghasilkan kepunahan: hanya dengan memberitahu orang bahwa
kemungkinannya tidak lagi akan ternadi dapat mengurangi atau menghilangkan CRnv
Penjelasan mengenai hasil-hasil penelitian ini adalah orang membentuk
rrsangkaan(expectation) yang berkenaan
dengan kemungkinan terhadinya UCS(Rescarla 1987) Jika ingin membuat sebuah stimulus menjadi
sebuah CS, stimulus tersebut ha
menyampaikan informasi kepada individu tentang waktu, tempat kuantitas, dan kualita dari UCS. Bahkan,
ketika sebuah stimulus prediktif ia mungkin tidak bisa menjadi ter
ndisikan jika ada stinvultis lain yang dapat menjadi prediktor vang lebih baik
Dalam im fnmpaknya pengkondisian bukan otomatis, tetapi dijembatani oleh proses-proses n lik
tidak menyadari adanya hubungan antara CS dan UCS pengkondisian k terjadi. Ketika tidak ditemukan adanya hubungan
CS-UCS. pengkondisian f pat terjadi ika
orang percaya bahwa hubungan tersebut ada Meskipun pandangan tentang
kemungkinan terindinya pengkondisian bisa jadi tidak seluruhnya akurat(Papini
and on an ini memberikan an dibandingkan penjelasan Pavlov dan hal ini
menonjolkan kompleksitasnya Pengaruh-pengaruh Biologis Pavlov(1927. 1928)
yakin bahwa stimulus apa pun yang dirasakan dapat dikondis n untuk
respons apa pun vang dapat dibuat Penelitian berikutnya menunjukkan bah isian
itu terbatas. Dalam spesies mana
pun, respons dapat generalisasi untuk
peri dikondisikan untuk beberapa stimulus tapi udak demikian untuk
stimulus-stimulus lainnya.
uah eksperimen vang dilakukan
oleh Garcia dan Koelling(1960) terhadap
tikus memperlihatkan pentingnya faktor-faktor biologis sebagian tikus minum air
yang disertai an cahaya terang dan suara ribut(etimulus aversit/tidak
menyenangkan- cahaya terang air yang
bersuara ribut) Tikus tikus tersebut
langsung disengat listrik atau kalau tidak diperlakukan sedemikian rupa
sehingga mereka menjadi mual beberapa saat kemudian. Sebagian tikus lainnya meminum air biasa dan
kemudian mereka disengat listrik atau kalau tidak diperlakukan sedemikian rupa
sehingga mereka menjadi muai beberapa saat kemudian Cahaya yang terang dan air
yang bersuara ribut yang ditambah engan sengatan listrik menghasilkan sebuah
aversi ang terkondisikan terhadap air,
Reaksi reaksi Emosional
Terkondisi perilaku abnormal dan membicarakan bagaimana kiranya neurosis dan
kondisi-kondisi patologis lainnya berkembang Pandangan-pandangannya spekulatif
dan kurang mu miliki dasar yang kuat,
tetapi prinsip-prinsip pengkondisian klasik telah diaplikasikan oleh
peneliti-peneliti lainnya terhadap reaksi reaksi emosional yang terkondisikan
Watson menyatakan bahwa ia mendemonstrasikan pengaruh pengkondisi emosional dalam
eksperimen Little Albert yang terkenal(Watson& Rayner,
1920) Albert adalah bayi berusia
11 bulan yang tidak memperlihatkan rasa takut terhadap tikus putih Saat proses
pengkondisian, sebuah palu dihantamkan
pada sebuah papan baja di belakang nya ketika Albert mengulurkan tangannya
untuk menyentuh tikus tersebut si bayi kaget sekali dan jatuh terjerembab di
kasurnya dan membenamkan kepalanya ke kasur(hlm. 4)
Rangkaian kejadian ini diulangi kembali dengan segera seminggu kemudian
ketika tikus tersebut diletakkan di dekatnya,
Albert mulai menggapai arah si tikus tetapi menarik kembali tangannya
Pengkondisian dari minggu sebelumnya menjadi ter- lihat Tes dilakukan beberapa hari setelahnya
menunjukkan bahwa Albert bereaksi secara emosional terhadap kehadiran
tikus. Ada juga generalisasi rasa takut
untuk kelinci anjing, dan mantel
bulu. Ketika Albert dites lagi satu
bulan kemudian dengan tikus, ia
menunjukkan reaksi emosional ringan.
Meskipun studi ini banyak dikutip dan ditunjukkan sebagai contoh bagaimana
pengkondisian dapat menghasilkan reaksi emosional pengaruh p biasanya tidak
sedemikian besar(Harris, 1979).
pengkondisian klasik adalah
sebuah fenomena kompleks Kita tidak bisa embarang respons terhadap sembarang
stimulus spesies-spesies dunia telah me di gembangkan mekanisme yang membuat
mereka cenderung dikondisikan dengan ca cara tertentu, tidak dengan dengan cara-cara
lainnya(Hollis, 1997). Pada manusia,
peng teriadi ketika orang menyadariadanya hubungan formasi bahwa ucs
mungkin tidak mengikutics dapat menyebabkan kepunahan upaya ya untuk
mereplikasi temuan-temuan Watson dan k menghasilkan temuan- emuan yang seragam. Valentine(1930a) contohnya,
tidak menemukan bukti pengkondisi etika ia menggunakan benda-benda
sebagai objek, bukan hewan'n Sebuah
sarana yang lebih reliabel dalam memproduksi pengkondisian emosional lah
desensitifikasi sistematis(systematic desensitization), yang sering diguna untuk mumbantu
individu-individu yang memiliki rasa takut yang melemahkan(Wolpe, 1958 lihat Aplikasi 3.3). Desensitifikasi terdiri dari tiga fase Pada
fase pertama, seorang terapi dan
kliennya bersama-sama membuat tingkatan kecemasan untuk beberapa situasi yang
utkan dari situasi yang menimbulkan kecemasan paling rendah sampai yang me
nimbulkan kecemasan paling tinggi bagi klien.
Bagi siswa yang menderita kecemasan ter dap tes, situasi situasi dengan kecemasan rendah
mungkin mendengarkan pengumuman di kelas dan mengumpulkan materi-materi untuk
dipelajari. Situasi-situasi yang
mendatangkan rasa cemas dengan intensitas sedang baginya mungkin belajar saat
malam sebelum hari pelaksanaan tes dan berjalan memasuki kelas pada hari
dilaksanakannya Situasi-situasi yang membawa rasa cemas dengan intensitas
tinggi bisa jadi menerima lembar ujian di kelas dan tidak mengetahui jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan di dalamnya.
PENG
KONDISI(CONTIGuous cONDITIONING) lokoh n
yang mengemukakan sebuah perspektif behavioral untuk pembelajaran adalah R
Guthrie, perilaku-perilaku pokok kan
asosias asosiasi(Guthrie, 1940) Bagi dalam pembelajaran adalah tindakan dan
gerakan Tindakan dan Gerakan'rinsip-prinsip Guthrie menyajikan gagasan unt
stimulasi dan reroms Kombinasi dari dasar yang telah mencapai suatu gerakan. jika berulang kan cenderung diikuti oleh
gerakan tersebut(Guthrie, hlm 23) Dengan kata lain respons erjadi akan
cenderung meng Pola-pola yang aktif pada saat sebuah an respons tersebut jika
dimunculkan berulang-ulang(Guthrie,
him(moimmerin merupakan perilaku spesifik yang dihasilkan dari
kontraksi-kontraksi Guthrie membedakan antara gerakan dan tindakm tactl. Tindakan adalah kelompok at lompok gerakan
berskala besar yang menghasilkan suatu hasil.
Bermain piano dan menggunakan komputer adalah tindakan-tindakan yang
melipui banyak gerakan sebuah tindakan dapat disertai berbagai macam
gerakan; tindakan tersebut bisa jadi
tidak meng khususkan gerakan-gerakannya secara persis. Dalam olahraga basket contohnya, me-
masukkan bola ke keranjang(sebuah tindakan) dapat dilakukan dengan berbagai macam gerakan
pembelajaran kontiguitas bermakna bahwa sebuah perilaku dalam sebuah situasi
akan diulang ketika situasi tersebut muncul kembali(Guthrie, 1959).
Tetapi, pembelajaran kontiguitas
itu selektif. Orang selalu dihadapkan
pada banyak stimulus, padahal asosiasi tidak
bisa dibuat untuk semua stimulus tersebut.
Hanya sedikit stimulus yang dipilih, dan
asosiasi asosiasi dibuat antara stimulus-stimulus tersebut dan respons
respon, memori Tanda-tanda verbal
diasosiasikan kondisi kondisi stimulus atau peristiwa peristiwa pada saat
pembelajaran(Guthrie 19 ndi i melibatkan pembelajaran baru dan disebabkan oleh
hambatan di mana sebur rospons alternatif dibuat untuk sebuah stimulus yang
lama. Kekuatan Asosiatif Teori Guthrie
menyebutkan bahwa pembelajaran terjadi melalui pemasangan m husdan respons
Guthrie(1942) juga membicarakan tentang
pemasangan atau sebuah pola stimulus memperoleh kekuatan asosiatif optimalnya
pada saat pe masangannya dengan sebuah respons.
la menolak pandangan bahwa
asosiasi itu melalui frekuensi sebagaimana yang disampaikan dalam Hukum Latihan
Thorndike sebelumnya(Guthrie. 1930) Meskipun Guthrie tidak mengatakan bahwa orang
mempelajari perilaku kompleks dengan me lakukannya satu kali saja, ia yakin bahwa mula-mula satu atau lebih
gerakan men d terasosiasikan Perulangan dari sebuah situasi akan menambah
gerakan mengombina kan gerakan-gerakan menjadi tindakan. dan membentuk tindakan dalam kond lingkungan
yang berbeda-beda. Eksperimen Guthrie
dan Horton a946) terhadap kucing
diinterpretasikan bagai eksperimen yang mendukung prinsip pembelajaran se arou
ti ini Guth dan Horton menggunakan sebuah kotak teka-teki yang serupa dengan
kotak Thornd... Menyentuh tuas yarg ada
di tengah-tengah kotak akan memicu mekaniame yang men dan membuat si kucing
dapat keluar. Ketika pada awalnya kuring
rangi ditempatkan dalam kotak tersebut mereka mempelajarinya dan membuat
gerakan acak rada akhirnya mereka membuat respons yang mekan sn pembuka pintu
dan mereka pun keluar Mereka mungkin memukul tuasnya dengan kaki mereka, menggesekkan tubuh mereka ke ruas atau
mendorongnya dengan punggung mereka Respons terakhir dari kucing-kucing
itu(menekan tuas berhasil karena pintunya terbuka, dan niereka mengulang respons yang sama
ketika diletakkan kembali ke dalam kotak Gerakan yang terakhir menjadi
duaiosiaskan dengan kotak tersebut membuat mereka bisa keluar cuthrie bukan
mengimplikasikan bahwa begitu siswa berhasil me nyelesaikan sebuah persaman
kuadrat atau menulis sebuah paper penelitian mereka akan menguasai keterampilan
yang disyaratkan Latihan akan menghubungkan berbagai gerakan yang terl bat
dalam tindakan indakan P esaun persamaan koadrat d penulisan paper. Tindakan tindakan itu Rndiri dapat memiliki
banyak varia i(tipe tivvpersamaan kuadrat dan tugas menulis paper dan idealnya
harus dapat ter sans a harus dapat menyelesaikan soal-soal persamaan dan menulo
paper dalam berbeda-beda Guthrie menerima pandangan Thorndike tentang elemen
elem identik Untuk menghasilkan transfer perilaku perilaku harus dilatih
dalam-tu situasi pers s di mana perilaku perilaku tersebut akan dibutuhkan sper
id dalam kelompok kecil dan rumah Imbalan dan Hukuman Guthrie yakin bahwa
respons respons tidak perlu diberi imbalan antuk dapur dipelajari Mekanisme
pokoknya adalah se sas atau pemasangan yang tepat pada nya antara stimulus dan
respons Respons tersebut tidak harus memuaskan pemasangan tanpa akibat akibat
dapat menghasdian pembelajaran. Guthrie
1952 mumperdebatkan Hukum E Thorndike karena penghasilkepua dan Penghasd
ketidakpuasan merupakan elek efek dan tindakan Meka dari itu, mereka tidak
dapat memengaruhi pembelajaran koneksi koneksi sebelumnya mereka hanya
memengaruhi pembelajaran koneksi koneksi sesudahnya balan dapat membantu
mencegah pembatalan pembelajaran(untearning) (mencegah lapa) karena imbalan respons respons baru
terasosiasikan dengan tanda-tanda stimulus Dalam eksperimen Horton(g46) imbalan(keluar dari kotak) mengeluarkan kucing dari konteks pembelajaran
dan mencegah penguasaan asosiasi-asosiasi baru dengan kota serupa dengan ini, hukuman akan menghasilkan pembatalan
pembelajaran hanya Rka hukuman tersebut menyebabkan kucing belajar hal
lainnya. Kontiguitas merupakan ciri
pokok dari pembelajaran di sekolah.
Kartu-kartu peraga atau flashcard membantu siswa belajar fakta-fakta
aritmetik. Siswa belajar
mengasosiasi- kan sebuah
stimulus(misalnya, 4 x dengan sebuah
respons(16) Kata-kata dalam bahasa ing
diasosiasikan dengan padanannya dalam bahasa Inggris simbol simbol kimia dias
siasikan dengan nama-nama unsurnya.
Pembentukan dan Perubahan Kebiasaan Kebiasaan adalah kecenderungan yang
dipelajari untuk mengulang respons-respons yang pernah dibuat(Wood& Neal,
2007. Karena kebiasaan adalah
perilaku-perilaku yang dibentuk untuk banyak tanda guru yang ingin siswanya
berperilaku baik di sekolah harus menghubungkan aturan-aturan sekolah dengan
banyak tanda Aturan Perlakukan dengan ruang kelas, lab orang lain dengan rasa hormat," harus dihubungkan aula, kafetaria,
gelanggang olahraga,
auditorium, dan bermain Dengan
meng- aplikasikan aturan ini di
masing-masing setting tersebut, perilaku
hormatterhadap orang lain akan menjadi kebiasaan tanda-tanda yang memicu Kunci
untuk mengubah kebiasaan adalah menemukan(Cuthrie, 1952.
hl tindakan tersebut dan melatih respons lain terhadap tanda-tanda ini
ambang batas Guthrie mengidentifikasi tiga metode untuk mengubah kebiasaan
Hukuman tidak efektif untuk
mengubah kebiasaan(Guthrie, 1952) Hukuman yan diberikan setelah dilakukannya
suatu respons tidak dapat memengaruhi asosiasi antara mulus dan respons Hukuman
yang diberikan ketika suatu perilaku sedang dilakuka dapat mengganggu atau
menekan kebiasaan tetapi tidak mengubahnya Hukuman tidak mbentuk sebuah respons
alternatif terhadap stimulus. Bahkan, ancaman hukuman at meniadi sesuatu yang
menyenangkan dan mendukung kebiasaan yang akan diubah vih baik kebiasaan
negatif diubah dengan cara menggantinya dengan kebiasaan yan inginkan(dalam hal
ini respons respons yang tidak sesuai)
Teori Guthrie tidak mencakup proses-proses kognitif dan karena itu tidak
dianggap agai teori pembelajaran yang dapat diterapkan saat ini Meski
demikian, pene ri ini terhadap
kontiguitas mas h bertahan karena teori-teori yang berkembang s kan, ng menitikberatkan kontiguitas. Dalam teori teori kognitif, poin pokoknya adalah ng harus memahami
hubungan antara sebuah stimulus(situasi,
peristiwa) dan respons
sesuai, lde-ide Guthrie tentang mengubah
kebiasaan juga dianggap memberi inspirasi nentberikan tuntunan umum yang bagus
bagi siapa pun yang ingin mengenbangkan biasaan yang lebih baik PENGKONDISIAN
OPERAN(OPERANT CONDITIONING) Teori
behavioral yang terkenal adala operan conditioning atau pengkondis erat yang
dirumuskan oleh B F. (Burrus Fredertek)
Skinner(1904-1990), Diawali pada
1930-an, Skinner menerbitkan serangkaian
tulisan ilmiah yang melaporkan hasil-hasil penelitian la boratorium terhadap
binatang di mana ia mengidentifikasi berbagai komponen dan pengkondisian
operan. Ia merangkum sebagian besar dari
karya tulis awalnya ini dalam bukunya yang terkenal, The Beli of Orvantzsms Skinner, 1938)
Skinner mengaplikasikan
ide-idenya terhadap perma alahan permasalahan manusia Diawal kariernya ia
tertarik pada pendidikan dan mengembangkan mesin-mesin pengajar dan p nga aran
terprogram Buku The Tevli oxy of Te skinner,
1968 membahas tentang ngajaran motivasi disiplin dan kreativitas Pada
194s setelah melewati periode yang sulit dalam hidupnya. Ia menerbitkan Waldem Treo, tulisan yang menggambarkan bagaimana prinsip
prinsip behavioral dapat diaplikasikan untuk menciptakan sebual masyarakat
utopia skinner(1971) membicarakan
tentang permasalahan-permasa kehidupan modern dan merekomendasikan penerapan
teknologi behavioral terhada rancangan kultur kultur dalam Beyond and Dignity
Skinner dan yang lain-lainnya
Kerangka Konseptual Bagian
pembahasan ini mengetengahkan tentang asumsi-asumsi yang mendasari
pengkondisian operan: bagaimana teori
ini mencerminkan sebuah analisis fungsional perilaku, dan implikasi-implikasinya bagi prediksi dan
kendali terhadap perilaku. Teori dan
prinsip-prinsip pengkondisian operan adalah studi yang kompleks. Asumsi-Asumsi Ilmiah Pavlov menelusuri lokus
pembelajaran ke sistem saraf dan memandang perilaku sebagai sebuah manifestasi
dari fungsi neurologis. Skinner(938
tidak memungkiri bahwa fungsi neurologis menyertai perilaku, tetapi ia yakin bahwa psikologi perilaku
dapat dipahami dalam bidangnya sendiri tanpa mengacu pada peristiwa-perisitiwa
neurologis atau peristiwa-peristiwa internal lainnya Skinner mengajukan
keberatan-keberatan serupa terhadap proses-proses dan entita entitas yang tak
dapat diamati yang diusulkan oleh pandangan-pandangan kognit modern terhadap
pembelajaran(overskeid, 2007). Peristiwa-peristiwa pribadi, atau respon respons internal, hanya dapat diketahui oleh masing-masing
individu dan dapat diteliti melalui laporan-laporan verbal mereka, yang merupakan bentuk-bentuk perilaku
Skinner, 1953). Skinner tidak memungkiri keberadaan si
keyakinan, pendapat keinginan, dan bentuk-bentuk pengetahuan diri
lainnya(bagaimanapun ia juga memilik hal-hal tersebut tetapi ia sedikit
mengubah peran dari hal-hal tersebut Orang tidak mengalami pikiran sadar atau
emosi, tetapi tubuh-tubuh mereka sendir
dan reaksi reaksi ir ternal adalah respons-respons terhadap stimulus-stimulus
intern(Skinner, 1987). Persoalan selanjutnya mengenai proses
internal adalah bahwa meneriennah kan proses tersebut ke dalam bahasa adalah
pekerjaan yang sulit karena bahasa tidak sepenuhnya menangkap dimensi dimensi
dari sebuah pengalaman internal sakit.
yang disebut sebagai mengetahui lebih banyak melibatkan penggunaan
bahasa(perilaku Pikiran adalah tipe tipe perilaku yang dibawa oleh
stimulus- stimulus lainnya(lingkungan atau
pribad(terbuka atau tersembunyi. Ketika
peristiwa peristiwa pribadi diekspresikan sebagai peri laku yang terbuka, perannya dalam sebuah analisis fungsional
dapat ditentukan 1nalisis Fungsional terhadap Perilaku skinner(1953) menyebutkan sarananya untuk meneliti perilaku
dengan istilah analisis fungsional ariabel-variabel eksternal di mana perilaku
merupakan suatu fungsi memungkinkan dilakukannya hal yang dapal disebut sebagai
analisis kausal atau fungsional Kita berupaya untuk memprediksikan dan
mengendalikan perilaku organisme individua ini adalah"variabel
terikat" kita efek yang penyebabnya
kita cari. Variabel bebas kita-penyebab
dari perilaku adalah kondisi eksternal di mana perilaku merupakan Hubungan
antara keduanya hubungan sebab dan akibat dalam perilaku hukum dari sebuah ilmu
pengetahuan. Sebuah perpaduan dar hukum
yang dinyatakan dalam istilah kuantitatif gambaran menyeluruh dari organisme
tersebut sebagai sebuah sistem perilaku(hin 35)
pembelajaran adalah penggabungan kembali respons-respons dalam sebuah
situ yang kompleks pengkondisinin mengacu pada perilaku yang menguat yang dil
dari tindakan penguatan(reunforcemenu" (skinner, 1953,
hlm, 65), Ad dua tipe peng kondi sian: dan Tipe R.
Tive S adalah isian berdasarkan pandangan Pavlov ditandai dengan
pemasangan stimulus yang menguatkan(yang tidak terkondisikan) dengan stimuluslainnya Tipe S mengarahkan
perhatian kepada pentingny stimulus tersebut dalam menghasilkan respons dari
suatu organisme. Respons yang dibuat
terhadap stimulus tersebut dikenal sebagai perilaku responden Meskipun
pengkondisian Tipe s dapat menjelaskan reaksi reaksi emosional yang
terkondisikan, sebagian besar perilaku
manusia dimunculkan ketika ada stimulus.
stimulus bukan secara otomatis dipicu oleh stimulus-stimulus tersebut
Respons-respons d kontrol oleh akibat akibatnya, bukan oleh stimulus-stimulus yang
mendahuluinya. pe perilaku ini, yang oleh Skinner dinamai Tipe R untuk
menekankan aspek responsnya, adalah
perilaku operan karena ia beroperasi terhadap lingkungan untuk memproduksi buah
efek.
Proses-proses Dasar
Bagian pembahasan ini
mencermati proses-proses dasar dalam pengkondisian operan Penguatan, kepunahan,
pengu primer dan sekunder,
Prinsip Premack, hukuman ladwal
jadwal penguatan, generalisasi, dan diskriminasi Penguatan. pengua an bertanggung jawab terhadap upaya
memperkuat respons menaikkan tingkat kemunculan respons atau membuat
respons-respons makin cenderung terjadi sebuah penguat(atau stimulus
penguat) adalah semua stimulus atau
peristiwa ang mengikuti sebuah respons yang membuat respons menguat. Penguat(imbalan) ditentukan berdasarkan efek-efeknya, yang tidak tergantung pada proses-proses
mental u perti pikiran sadar, kehendak, atau target(Schultz, 2006).
Karena penguat ditentukan oleh efek-efeknya, maka ia tidak dapat ditentukan di awal
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah peristiwa tertentu menguatkan atau
tidak bagi organisme tertentu dalam kondisi tertentu adalah dengan melakukan
uji langsung Kita mengamati frekuensi dari sebuah respons terpilih lalu membuat
sebuah peristiwa tergantung padanya dan mengamati semua perubahan
frekuensi. Jika terdapat sebuah
rubahan, kita mengklasifikasikan
peristiwa tersebut sebagai hal yang menguatkan bagi anisme tersebut dalam
kondisi yang sedang berlangsung(Skinner,
1953, hlm. 72.73)
Model pengkondisian operan
dasar adalah kontingeilsi tiga termnuhrwe-term Sebuah
stimulus.fiskrimiatif(So) mempersiapkan
kesempatan bagi sebuah respons untuk dimunculkan, yang diikuti oleh sebuah stimulus
pemgunt(reinforcing stimulus) (S at penguatan).
Stimulus penguat tersebut adalah semua stimulus(peristiwa, akibat)
y meningkatkan probabilitas dimunculkannya respons di masa mendatang
ketika stimul diskriminatifnya hadir.
Jika menggunakan istilah yang lebih umum, kita dapat mel konsep ini dengan model
A-B-C: A(Anteseden)- B(Perilaku/Behavior) C(Akibat/Consequence) Penguatan positif adalah memberikan sebuah
stimulus atau menambahkat pada sebuah situasi yang mengikuti sebuah respons
yang meningkatkan kemungkin munculnya respons tersebut di masa mendatang dalam
situasi tersebut. Sebuah positif adalah
sebuah stimulus yang ketika diberikan setelah kemunculan sebuah re dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya respons te sebut di masa mendatang dal
situasi tersebut. Dalam percakapan
pembukaan bab ini, Leo menggunakan
hadiah po poin sebagai penguat positif untuk perilaku yang baik Tabel 3.3) Penguatan negalif adalah menghilangkan sebuah
stimulus atau mengambil dari sebuah situasi setelah terjadinya sebuah respons
yang dapat meningkatkan ke an terjadinya respons tersebut di masa mendatang
dalam situasi tersebut. Sebuah rregatif
adalah sebuah stimulus yang ketika dihilangkan oleh sebuah respons, mer kemungkinan terjadinya respons tersebut
di masa mendatang dalam situasi tersebut.
Dalam percakapan pembukaan bab ini,
Leo menggunakan hadiah poin poin sebagai penguat positif untuk perilaku
yang baik(Tabel 3.3) Penguatan nevatif
adalah menghilangkan sebuah stimulus atau mengambil sesuatu dari sebuah situasi
setelah terjadinya sebuah respons yang dapat meningkatkan kemungkin an terjadinya
respons tersebut di masa mendatang dalam situasi tersebut. Sebuah i legati adalah sebuah stimulus yang
ketika dihilangkan oleh sebuah respons,
meningkatkan kemungkinan terjadinya respons tersebut di masa mendatang
dalam situasi tersebut Beberapa stinulus yang sering berfungsi sebagai penguat
negatif adalah lampu-lampu yang terang,
suara-suara bising, kritik, orang-orang yang menjengkelkan, dan nil yang rendah, karena perilaku-perilaku yang
menghilangkannya cenderung dikuatkan.
Penguatan positif dan negatif memiliki efek yang sama. Keduanya meningkatkan kemungkinan munculnya
respons yang dimaksud di masa mendatang dalam situasi hadirnya stimulus yang
sama.
Kepunahan. Kepunahan adalah menurunnya kekuatan respons
karena ketiadaan penguatan siswa yang mengangkat tangannya di kelas, tetapi tidak pernah dipanggil bisa jadi akan
berhenti mengangkat tangannya. Orang
yang mengirimkan pesan-pesan email kepada orang yang sama, tetapi tidak pernah mendapatkan jawaban pada
akhirnya akan berhenti mengirimkan pesan kepada orang tersebut. Seberapa cepat kepunahan terjadi tergantung
pada riwayat penguatan(reinforcement history) (Skinner, 1953).
Kepunahan akan terjadi dengan cepat jika tidak banyak dari respons
respons sebelumnya yang mendapatkan penguatan.
Respons jauh lebih bertahan lama dengan riwayat penguatan yang lebih
panjang. Kepunahan tidak sama dengan
lupa.
Premack bahwa kita melabeli
sebuah akibat perilaku sebagai penguat hanya setelah kita menerapkannya dan
melihat bagaimana hal itu memengaruhi perilaku dimasa mendatang Fakta bahwa
kita harus menggunakan nalar atau tria and error untuk memilih penguat-penguat
karena kita tidak tahu secara pasti sebelumnya apakah sebuah akibat akan
berfungsi sebagai sebuah penguat adalah sesuatu yang agak mengganggu atau
menyusun tingkatan penguat-penguat yang dapat membantu seseorang untuk
memprediksikan penguat. Prinsip Premack
mengatakan bahwa kesempatan untuk terlibat dalam satu atau lebih aktivitas yang
bernilai menguatkan orang untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih rendah
nilainya, di mana"nilai" ditentukan dalam kaitarinya dengan unlah
respons atau waktu yang diluangkan dalam aktivitas tersebut dengan tidak adanya
penguatan. Jika sebuah kontingensi
disusun sedemikian rupa sehingga nilai dari peristiwa yang
kedua(kontingen) lebih tinggi
dibandingkan nilai dari peristiwa yang pertama(instrumental), maka diharapkan ada kenaikan dalam probabi
peristiwa yang pertama(asumsi imbalan).
Jika nilai dari peristiwa kedua lebih r daripada nilai peristiwa pertama, kemungkinan terjadinya peristiwa pertama
menurun(asumsi hukuman). Misalnya, seorang anak dibolehkan memilih antara
belajar membuat proy pergi ke pusat media,
membaca buku di kelas, atau
belajar dengan komputer. Dalam kali
pemberian pilihan, anak tersebut pergi
ke pusat media sebanyak 6 kali, belajar
dengan proyek satu kali, dan tidak
pernah membaca buku komputer 3 kali,
belajar membuat seni di kelas Bagi anak ini, kesempatan untuk pergi ke pusat media adalah
aktivitas paling bernilai. Untuk
mengaplikasikan Prinsip Premack, seorang
guru dapat mengatak kepada anak ini, "Setelah kamu selesai membaca buku
ini, kamu dapat pergi ke pusat
media." da banyak bukti empiris
yang mendukung ide-id Premack terutama yan berkenaan dengan asumsi imbalan(Dunham, 1977)
Prinsip Premack menawarkan panduan untuk memilih penguat penguat yang
efektif Perhatikan apa yang akan dilakukan orang ketika mereka mempunyai
pilihan, dan uru ranking perilaku
perilaku mereka berdasarkan kemungkinan terjadinya. Urutan perilak perilaku tersebut tidak
permanen karena nilai dari penguat-penguat dapat berubah Penguat mana pun
ketika sering diaplikasikan dapat menimbulkan kejenuhan atau satur dan
menyebabkan respons menurun.UGuru yang menggunakan Prinsip Premack haru mengecek
kecenderungan-kecenderungan siswa secara berkala dengan mengamati mer dan
bertanya pada mereka apa yang ingin mereka lakukan. Menentukan terlebih dahulu penguat-penguat
mana yang mungkin etektif dalam sebuah situasi adalah hal yang enting dalam
perencanaan sebuah program pengubahan perilaku(Timberlake& Farmer Dougan, 1991).
Hukuman. Hukuman menurunkan kemungkinan munculnya
respons terhadap sebuah stimulus di masa mendatang. Hukuman dapat berupa penarikan sebuah penguat
positif atau pemberian sebuah penguat negatif setelah diberikannya sebuah
respons sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 3.3. Kita misalkan bahwa dalam suatu sesi
tanya-jawab seorang siswa berkali-kali mengganggu siswa lainnya ketika gurunya
tidak melihat ke arahnya(guru tidak melihat SD atau A. perilaku buruk R atau B) Kemudian guru mengetahui perilaku si a
tersebut dan berkata, "Jangan ganggu temanmu lagi" (S atau C). Jika siswa tersebut berhenti mengganggu
temannya. kritikam guru tersebut
berperan sebagai sebuah penguat negatif dan proses ini merupakan cont hukuman
karena pemberian kritik dapat menurunkan perilaku buruk siswa Tetapi perhatikan
bal wa dari rerspektif guru, proses ini
merupakan contoh dari penguatan negatif(perilaku buruk S atau atau A, kritik R atau B, berhentinya perilaku buruk guru tersebut
mendapatkan penguatan negatif, ia
cenderung akan meneruskan kritikannya terhadap perilaku buruk siswa itu.
Hukuman sering digunakan di
sekolah untuk menangani gangguan-gangguan lukunan hukuman yang umum diberikan
adalah hilangnya hak istimewa,
dikeluarkan ri kelas, skorsing di
dalam dan di luar sckolah, dan
dikeluarkan dari sekolah 300 n sebenarnya ada beberapa alterratif untuk
hukuman(Tabel 3.4). Salah satunya ndalah
mengubah stimulis stimulus diskriminatif untuk perilaku negatif. Contohnya,
seorang siswa yang duduk di bangku beiakang di kelas sering berperilaku
negatif. Guru dapat mengubah
stimulus-stimulus diskriminatifnya dengan memindahkan siswa yang sering
mengganggu ke bangku depan. Alternatif
lainnya adalah membiarkan perilaku yang tidak timwmakan untuk berlanjut sampai
pelakunya bosan ini mirip dengan metode Guthrie. Orang tu..
dapat membiarkan anaknya terus melempar barang-barang sampai ia
capek, Alter- if lainnya adalah menghilangkan perilaku yang
tidak diinginkan dengan tidak mengacuh-
annya Cara ini bisa berhasil untuk perilaku perilaku buruk yang
ringan(misalnya siswa yang berbisik kepada temannya). tetapi ketika kelas ribut, guru harus bertindak dengan cara lain. Alternatif selanjutnya adalah mengondisikan
perilaku yang tidak diinginkan dengan penguatan positif. Guru yang memberi pulian untuk kebiasaan
belajar yang Jadwal-jadwal
penguatan. Jadwal yang mengacu pada kapan penguatan tersebut diberikan. Sebuah jadwal yang berkelanjutan (continous schedule) adalah penguatan
untuk tiap respon yang benar. Cara ini diperlukan ketika sedang memepelajari
keterampilan-keterampilan: Siswa menerima umpan-balik tentang keakuratan hasil
kerja mereka setiap mereka selesai memeberikan respons. Penguatan berkelanjutan
dapat membantu memastikan supaya respons-respons yang tidak benar tidak
dipelajari.
Sebuah
jadwal dengan selang-selang waktu tertentu atau jadwal intermiten(intermitten
schedule) adalah penguatan untuk beberapa saja dari respons yang benar,
tidak semuanya. Penguatan dengann jadwal
intermiten diterapkan dalam kelas karena biasanya tidak memungkinkan bagi guru
untuk menguatkan respons-respons yang benar dari siswa satu persatu. Siswa
tidak selalu dipanggil tiap kali mereka mengangkat tangan mereka, tiddak selalu
dipuji setelah menyelesaikan suatu soal, dan tidak selalu diberitahukan bahwa
mereka telah berperilaku baik.
Jadwal-jadwal
intermiten
didefinisikan dalam pengertian waktu atau jumlah respons. Jadwal berinterval adalah penguatan terhadap respons pertama yang
benar setelah periode waktu tertentu. Jadwal
dengan interval tetap. Jadwal dengan interval tetap (FI/fixed-interval) memiliki interval waktu
yang tetap atau konstan dari satu penguatan ke penguatan berikutnya. Jadwal FI5
bermakna bahwa penguatan diberikan untuk respons pertama setelah 5 menit. siswa
yang memperoleh 30 menit waktu bebas tiap jumat (tergantung baik buruknya
perilakunya selama satu minggu) adalah mereka yang menjalani jadwal berinterval
tetap. Pada jadwal variabel interval(VI), interval waktunya beragam dari satu
kesempatan ke kesempatan lainnya berdasarkan sekian nilai rata-rata. Jadwal VI5
bermakna bahwa rata rata, respons benar yang pertama setelah 5 menit akan
diberikan penguatan, tetapi interval waktunya berbeda beda (misalnya; 2, 3, 7
atau 8 menit). Siswa yang memeperoleh 30 menit waktu bebas (tergantung baik
buruknya perilaku))dengan frekuensi rata rata sekali seminggu, tetapi tidak
selalu pada hari yang sama untuk tiap minggunya dikatakan sedang menjalani
jadwal variabel-interval.
Sebuah
jadwal rasio tergantung pada jumlah
respons yang benar atau tingkat kemunculan respons. Dalam jadwal rasio
tetap(FR/fixed-ratio), tiap respons
yang benar yang ke-n akan diperkuat, dimana n adalah konstanta. Jadwal FR10
bermakna bahwa tiap respons yang benar yang ke-10 akan memperoleh penguatan.
Dalam sebuah jadwal variabel rasio(VR), tiap respons yang benar yang ke-n akan
diperkuat, tetapi nilainya berbeda-beda diseputar sebuah nilai rata-rata n.
Seorang guru dapat memberikan waktu bebas setiap setelah tugas LKS kelima
diselesaikan (FR5) atau secara berkala sesuai rata-rata lima tugas yang
terselesaikan(VR5).
Jadwal-jadwal
penguatan menghasilkan pola-pola karakteristik respons, sebagaimana yang ditunjukan pada gambar 3.3. secara umum,
jadwal-jadwal rasio menghasilkan tingkat respons yang lebih itnggi dibandingkan
dengan jadwal-jadwal berinterval. Sebuah faktor pembatas dalam jadwal-jadwal
rasio adalah keletihan yang disebabakan oleh pemberian respons yang cepat.
Jadwal-jadwal dengan interval tetap menghasilkan pola yang berlekuk-lekuk.
Respons turun segera setelah penguatan, tetapi naik ketika mendekati ujung dari
interval diantara penguatan-penguatan. Jadwal variabel interval menghasilkan
tingkat respons yang tetap. Kuis-kuis yang tanggal-tanggalnya tidak diumumkan
pada siswa beroperasi pada jadwal-jadwal variabel-variabel dan biasanya membuat
membuat siswa belajar lebih rutin. Jadwal-jadwal yang dilakukan secara
berselang-seling lebih tahan terhadap kepunahan dibandingkan jadwal-jadwal
berkelanjutan. Ketika penguatan tidak dilanjutkan, respons akan tetap berlanjut
lebih lama jika penguatannya diberikan sesekali(dengan selang-selang waktu
tertentu) daripada kalau penguatannya diberikan secara berkelanjutan. Ketahanan
jadwal-jadwal dengan selang-selang waktu tertentu dapat dilihat pada ketekunan
orang-orang yang berada dalam peristiwa-peristiwa seperti bermain mesin buah,
memancing, dan berbelanja barang-barang yang bisa ditawar.
GENERALISASI,
begitu respons tertentu terjadi secara rutin terhadap stimulasi tertentu,
respons tersebut juga dapat terjadi terhadap stimulasi-stimulasi lain. Hal
itulah yang dinamakan generalisasi(skinner, 1953). Generalisasi agaknya
menyulitkan teori operan karena sebuah respons tidak seharusnya dibuat dalam
situasi di mana respons tersebut tidak pernah diberi penguatan. Skinner
menjelaskan generalisasi dengan berpendapat bahwa oarng melakukan banyak
perilaku yang banyak menimbulkan respons final(diperkuat). Perilaku-perilaku
komponen ini sering menjadi bagian dari rantai-rantai perilaku dari tugas yang
berbeda-beda dan karena itu diperkuat dalam konteks yang berbeda-beda. Ketika
orang berbeda dalam sebuah situasi yang baru, mereka cenderung melakukan
perilaku-perilaku komponen yang menghasilkan sebuah respons akurat atau penguasaan
respons benar yang cepat.
Contohnya
para siswa, para siswa yang memiliki kebiasaan akademis yang bagus biasanya
hadir di kelas, memerhatikan dan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas,
mencatat, membaca buku sesuai perintah guru, dan mengerjakan tugas-tugasnya.
Perilaku-perilaku komponen ini menghasilkan prestasi belajar dan nilai-nilai
yang tinggi.ketika para siswa memulai kelas baru, muatanya berbeda dengan
kelas-kelas sebelumnya yang sudah pernah mereka ikuti. Perilaku-perilaku
komponen tersebut telah memperoleh penguatan berulang kali dan karena itu besar
kemungkinan perilaku tersebut tergeneralisasi pada setting yang baru.
Akan
tetapi, generalisasi tidak terjadi secara otomatis, O’Leary dan Drabman(1971)
mengatakan bahwa generalisasi harus diprogram seperti perubahan perilaku
lainnya(hlm. 393). Satu permasalahan yang ditemukan pada program modifikasi
perilaku adalah program-program tersebut mengubah perilaku, tetapi
perilaku-periilaku yang baru tidak tergeneralisasikan di luar konteks pelatihan.
O’Leary dan Drabman(1971) menawarkan cara-cara untuk memfasilitasi
generalisasi.
DISKRIMINASI,
yang merupakan
proses komplementer untuk generalisasi, adalah memberikan respons yang
berbeda(dalam intensitasnya atau tingkatnya)berdasarkan stimulus atau
karakteristik-karakteristik dari sebuah situasi(Rilling, 1977). Meskupin guru
ingin siswanya menggeneralisasikan apa yang merka pelajari pada situasi lainya,
ia juga ingin mereka meresponsnya dengan cara yang berbeda-beda(diskriminatif).
Dalam menyelesaikan soal-soal cerita dalam pelajaran matematika, misalnya, guru
ingin menggunakan metode pemecahan masalah yang umum terjadi, yang terdiri dari
langkah-langkah seperti menetahui informasi-informasi yang diberikan dan
diperlukan, membuat sebuah gambar, dan membuat rumusan yang membantu. Guru juga
ingin para siswanya belajar membedakan tipe soal atau permasalahan(misalnya;
daerah, jarak-waktu-jumlah,suku bunga). Kemampuan untuk ,mengidentifikasi tipe
permasalahan dngan cepat mampi meningkatkan keberhasilan siswa.
Spence(1936)berpendapat bahw
untuk mengajarkan diskriminasi atau perbedaan, respons yang diharapkan harus
diperkuat sementara respons yang tidak diharapkan dihilangkan dengan absenya
pengutana (non-penguatan). Disekolah, guru menunjukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan di antara materi pelajaran yang serupa, dan mengadakan
ulangan pembahasan materi secara berkala untuk memastikan bahwa siswa dapa t
membedakan matri dengan benar dan menerapkan metode pemecahan yang benar.
Kesalahan-kesalahan pada umumnya
dianggap mengganggu dan menghasilkan respons-respons pelajaran yang tidak
benar. Ini menunjukan bahwa kesalahan-kesalahan siswa harus diminimalkan.
Persoalan tentang apakah semua harus dihilangkan masih diperdebatkan.
Penelitian tentang motivasi menunjukan bahwa para siswa yang belajar untuk
menangani kesalahan-kesalahan dengan cara yang adaptif akan dapat tekun lebih
lama dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dibandingkan para siswa yang
menjalani pembelajaran tanpa mengalami kesalahan(Dweck, 1975;lihat Bab 8).
PERUBAHAN
PERILAKU
Penguatan dapat diberikan untuk
membuat respons-respons yang benar hanya ketika orang tahu apa yang harus
dilakukan. Akan tetapi, sering kali respons operan tidak ahdir dalam bentuk
akhir yang sudah terpoles. Jika guru menunda memberikan penguatan sampai siswa
mengeluarkan respons-respons yang tepat, banyak siswa yang tidak akan pernah mendapatkan pengutan
karena mereka tidak menemukan respons tersebut.
Aproksimasi berurutan(Successiv
Aproximation)(Pembentukan/Shaping). Metode pengkondisian peran dasar tentang
perubahan perilaku adalah pembentukan; yaitu penguatan yang berbeda terhadap
aproksimasi yang berturut-turut menuju bentuk atau tingkat perilaku yang diinginkan[catatan:
dengan kata lain, usaha yang dilakukan secara berturut-turut untuk mendekati
terbentuknya perilaku yang diinginkan dengan penguatan yang
berbeda-beda](Morse&Kelleher, 19777),untuk membentuk perilaku, kita perlu
mengikuti rangkaian langkah berikut:
§ Mengidentifikasi apa yang dapat
dilakukan oleh siswa saat ini (perilaku awal).
§ Mengidentifikasi perilaku yang
diinginkan atau diharapkan.
§ Mengidentifikasi potensi-potensi
penguat dalam lingkungan siswa.
§ Membagi perilaku yang dituju
menjadi sub-sub langkah kecil yang haris dikuasai secara beruntun.
§ Menggerakkan siswa dari perilaku
awal perilaku yang diinginkan dengan secara berturu-turut menguatkan
masing-masing perkiraan ke arah perilaku yang diinginkan.
Pembentukan (shaping)adalah
belajar melalui praktik dengan umpan-balik perbaikan. Contoh alami dari
pembentukan dapat dilihat pada seorang siswa yang berusaha memasukkan bola
basket ke keranjang dari posisi tertentu di lapangan basket.
Pembentukan dapat diterapkan
secara sistematis pada seorang siswa yang
hiperaktif. Siswa hiperaktif biasanya hanya betah mengerjakan tugas selama
beberapa menit sebellum kemudian perhatiannya teralih. Tujuan penanganannya
adalah membentuk perilaku siswa tersebut sehingga ia dapat belajar tanpa
terganggu selama 30 menit. Pada mulanya guru memberikan sebuah penguatan ketika
siswa ini belajar dengan baik pada interval waktu tertentu misal 2 menit.
Setalah interval ini berjalan dengan baik maka pemberian penguatannya
ditingkatkan menjadi 3 menit seterusnya hingga proses ini makin mendekati
target 30 menit. Namun jika siswa tersebut mengalami kesulitan pada lever
tertentu, maka level terakhir yang ditargetkan padanya diturunkan ke lever
dimana ia dapat melewatinnya dengan baik.
Perangkaian (Chaining). Sebagian
besar tindakan manusia mencangkup beberapa kontingensi tiga-terma (A-B-C) yang
terhubung secara berurutan. Contohnya, menembakkan bola basket membutuhkan
dribbling, spin, positioning, jump, dan shoot. Masing-masing respons mengubah
lingkungan, dan kondisi yang berubah ini berperan stimulus bagi respons
berikutnya. Perangkaian adalah proses memproduksi atau mengubah beberapa
variabel yang berperan sebagai stimulus untuk respons-respons berikutnya
(Skinner, 1953). Sebuah rantai atau rangkaian terdiri dari serentetan operan, yang
masing-masing menyiapkan kondisi untuk respons selanjutnya. Ex.
Konsep rantai operasi mirip
dengan tindakan dari Guthrie sementara konsep kontingensi tiga-terma serupa
dengan konsep gerakan Guthrie. Beberapa rantaia mendapatakan sebuah kesatuan
fungsional. Rantai ini merupakan sebuah rangkaian terpadu di mana implementasi
yang berhasil menentukan sebuah keterampilan.ketika katrampilan diasah dengan
baik, maka akan terjaid otomatisasi dari rantai tersebut. Keotomatisan ini
biasa terjadi dalam keterampilan-keterampilan kognitif (misalnya; membaca,
menyelesaikan soal-soal matematika). Perangkaian memainkan peransangat penting
dalam penguasaan keterampilan(Gollub;Skinner, 1978)
MODIFIKASI
PERILAKU
Modifikasi perilaku (atau terapi
perilaku) mengacu pada aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip pembelajaran
behavioral untuk memfasilitasi perilaku-perilaku yang adaktif (Ullman&
Krasner, 1965). Modifikasi perilaku telah diterapkan terhadap orang dewasa dan
anak-anak dalam berbagai macam konteks seperti kelas, setting-setting
konseling, penjara, rumah sakit jiwa. Metode ini telah digunakan untuk
menangani phobia, disfungsi bahsa, perilaku-perilaku yang bermasalah,
interaksi-interaksi sosial negatif, pengasuhan anak yang buruk, dan kontrol
diri yang rendah (Ayllon &Azrin, 1968;Becker, 1971;
Keller&Ribes-Inesta, 1974;Ulrich, Stachnik, & Mabry, 1966), Lovaas
(1977)berhasil mempergunakan modifikasi perilaku untuk mengajar bahasa pada
anak-ank autistik.
Teknik-teknik. Teknik modifikasi
perilaku dasar meliputi penguatan untuk perilaku yang diharapkan dan
penghilangan perilaku-perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman jarang diberikan
tetapi ketika digunakan lebih sering berupa menghilangan sebuah penguat postitf
dibandingkan memberikan sebuah penguat negatif.
Dalam memutuskan sebuah program
perubahan, para pengguna modifikasi perilaku biasanya memfokuskan perhatian
pada tiga perihal berikut ini (Ullman & Krasner, 1965) :
§ Perilaku yang mana dari individu
yang dimaksud yang bermasalah, dan mana yang perlu ditingkatkan (dikurangi)?
§ Kontingensi-kontingensi
lingkungan tersebut (yang mempertahankan perilaku-perilaku yang tidak
diinginkan atau yang mengurangi kecenderungan dilakukannya respons-respons yang
lebih adaptif) ?
§ Ciri-ciri lingkungan apa yang
dapat diubah untuk mengubah perilaku individu tersebut ?
Perubahan cenderung berhasil
ketika para pelaku metode ini dan klien-klien mereka sepakat bahwa sebuah
perubahan perlu dilakukan den mereka bersama-sama menetapkan target-terget yang
diinginkan. Langkah pertama dalam menyusun sebuah program adalah menentukan
permasalahan yang berkaitan dengan perilaku. Contohnya, pernyataan, “Keith
terlalu sering meninggalkan bangkunya” mengacu pada perilaku yang jelas
terlihat yang dapat diukur;jumlah berapa kali Keith meninggalkan kursinya dapat
dihitung. Pernyataan-pernyataan umum yang mengacu pada hal-hal yang tak dapat
diamati(“Keith memiliki sikap yang buruk”) tidak dapat dipakai sebagai definisi
permasalahan yang objektif.
Langkah berikutnya adalah
mengetahui peguat-penguat apa yang selama ini mempertahankan perilaku-perilaku
yang tidak diinginkan. Barangkali Keith mendapat perhatian gurunya hanya jika
dia meninggalkan kursinya, bukan ketika dia duduk dengan tenang. Sebuah rencana
sederhana yang dapat dibuat adalah meminta guru memperhatina Keith saat ia
duduk tenang dikursinya dan mengerjakan tugas-tugas dikelas, dan mengabaikannya
ketika ia meninggalkan bangkuya. Jika jumlah frekuensi Keith meninggalkan
bangkunya menurun, maka perhatian guru meruoakan penguat positif baginya.
Sebuah program modifikasi
perilaku dapat menggunakan penguat-penguat yang digeneralisasikan seperti
poin-poin yang dapat ditukarkan oleh siswa dengan penguat-penguat cadangan
seperti imbalan-imbalan berupa benda, waktu bebas, atau hak-hak istimewa.
Meiliki lebih dari satu cadangan akan memberikan kepastian bahwa setidaknya
salah satunya akan efektif untuk masing-masing siswa disaat tertentu. Sebuah
kriteria perilaku harus ditentukan untuk memperoleh penguatan. Prosedur
pembentukan lima langkah (yang telah dibahas sebelumnya) dapat diterapkan.
Kriterianya pada mulanya ditentukan pada level perilaku awal, lalu ditingkatkan
sedikit demi sedikit mendekati perilaku yang diinginkan Satu poin diberikan
pada siswa setiapkali ia dapat memenuhi sebuah kriteria. Untuk menghilangkan perilaku
yang tidak dinginkan dari Keith misalnya, gurunya sebaiknya jangan memberikan
terlalu banyak perhatian ketika ia meninggalkan kursinya. Guru tersebut dapat
memberitahunya secara pribadi bahwa karena ia tidak dapat memenuhi kriteria
yang ditentukan ia tidak mendapatkan poin.
Hukuman tidak sering digunakan
tapi diperlukan ketika perilaku tertentu menjadi terlalu menggangu untuk
dibiarkan saja(misalya;berkelahi). Hukuman yang umum adalah dijauhkan atau
diasingkan (dari penguatan)(time out). Saat menjalani time out, siswa yang
bermasalah dikeluarkan dari konteks sosial kelas. Di sana siswa meneruskan
perkerjaan sekolahnya tanpa berinteraksi dengan teman-teman sebayanya atau
tanpa kesempatan untuk memperoleh penguatan. Hukuman lainnya adalah menghilangkan
penguat positif(misalnya; waktu bebas, hak-hak istimewa) dari perilaku yang
bermasalah.
Para kritikus berpendapat bahwa
modifikasi perilaku membentuk perilaku yang tenang dan patuh
(Winett&Winker, 1972). Meskipun diperlukan sikap tenang dalam tingkatan yang
wajar supaya pembelajaran dapat terjadi, ada guru yang mengharapkan kelasnya
selalu tenang, bahkan ketika beberapa suara dari interaksi-interaksi sosial
diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran. Penggunaan modifikasi perilkau
tidak pada dasarnya baik ataupu buruk. Penggunaan metode ini dapat menghasilkan
kelas yang tenang atau mendorong pengenalan sosial bagi anak-anak yang menarik
diri(Strain, Kerr, &Ragland, 1981). Seperti teknik-teknik itu sendiri,
tujuan-tujuan dari modifikasi perilaku perlu dipikirkan dengan hati-hati oleh
mereka yang menerapkan prosedur-prosedurnya.
Modifikasi perilaku kognitif.
Para peneliti juga telah memasukan elemen-elemen kognitif ke dalam
prosedur-prosedur modifikasi perilaku. Dalam modifikasi perilaku kognitif,
pikiran-pikiran para siswa(ketika diutarakan) berfungsi sebagai
stimulus-stimulus diskriminatif dan penguatan. Dengan demikian, para siswa
dapat secara verbal mengarahkan dirinya sendiri tentang apa yang harus
dilakukan dan kemudan menjalankan perilaku yang sesuai. Teknik-teknik
modifikasi perilaku kognitif sering diterapkan pada para siswa yang memiliki
keterbatasan fisik(Hallahan, Kneedler, &Lloyd, 1983) dan digunakan untuk
mengurangi hiperaktifitas dan agresi (Robinson, Smith, Miller &Brownell,
1999). Pelatihan pengajaran diri dari meichenbaum(1977) adalah salah satu
contoh dari modifikasi perilaku kognitif.
PENGATURAN-DIRI
Pengkondisian
operan (Conditioning Operant) juga memperhatikan pengaturan
diri(self-regulation)(Mace, Belfiore, & Hutchinson, 2001; Mace, Belfiore,
& Shea, 1989). Prespektif ini diuraikan lebih gamblang pada bab 9. Teori
operan berpandangan bahwa perilaku pengaturan-diri adalah perilaku ketika
seseorang memilih salahs atu dari beberapa alternatif arah tindakan (Brigham,
1982);biasanya dengan menangguhkan sebuah penguat langsung untuk mendapatkan
penguat yang berbeda dan yang biasanya lebih besar dari masa mendatang.
Contohnya, Trisnha memilih diam di rumah untuk belajar pada hari jumat daripada
pergi dengan teman-temannya karena esok ahrinya harus menghadapi ujian,
sementara Kyle lebih memilih untuk mengerjakan tugas sekolahnya daripada
mengganggu teman-temannya yang ada didekatnya. Mereka menunda penguatan
langsung untuk menghadapi penguatan yang akan datang, seperti halnya john dalam
contoh berikut :
APLIKASI-APLIKASI
DALAM PENGAJARAN skinner(1954,
1961, 1968, 1984)
menulis panjang lebar tentang bagaimana gagasan gagasannya dapat
diaplikasikan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Ia yakin bahwa ada terlalu banyak kontrol
yang tidak diinginkan. Meskipun menerima
hukuman fisik, mereka sering mengerjakan
tugas bukan karena mereka ingin belajar atau karena mereka menikmatinya, tetapi lebih disebabkan oleh keinginan
menghindari hukuman seperti kritik dari guru,
kehilangan hak-hak istimewa. dan
diminta menghadap ke kantor kepala sekolah Keprihatinannya yang kedua adalah
bahwa penguatan jarang diberikan di sekolah dan ketika diberikan sering pada
saat yang tidak tepat Guru memerhatikan masing-masing siswa hanya selama
beberapa menit setiap harinya. Ketika
siswa mengerjakan tugas di bangku mereka masing-masing, ada selang waktu beberapa menit yang berlalu
antara ketika mereka selesai mengerjakan tugas dan ketika mereka menerima
umpan-balik dari guru. Akibatnya, siswa tidak belajar secara benar, yang berarti bahwa guru harus mengalokasikan
tambahan waktu untuk memberikan umpan-balik perbaikan.
poin
perhatian ketiga Skinner adalah bahwa cakupan dan rangkaian kurikulum kurikulum
tidak menjamin bahwa seluruh siswa akan berhasil memperoleh keterampilan
keterampilan yang diajarkan Para siswa tidak belajar dengan kecepatan yang sama
Untuk dapat menyelesaikan seluruh materi,
guru kadang-kadang beralih ke pelajaran lain sebelum semua siswa
menguasai pelajaran yang sebelumnya skinner berpendapat buhwa
permasalahan-permasalahan ini serta yang lainnya tidak dapat dipecahkan dengan
menaikkan gaji guru(meskipun hal ini akan menyenang n bagi suru), memperpanjang jam belajar harian dan tahunan
di sekolah, menaikkan standar, atau memperketat persyaratan sertifik
guru. Skinner mer pemanfaatan waktu
mengajar yang lebih baik. Karena
mengharapkan siswa menjalani kurikulum dengan kecepatan yang sama adalah hal
yang tidak realistis mengindividual kan penganaran akan nteningkatkan efisiensi
mengajar membutuhkan pengaturan kontingensi kontingensi sanner yakin bahwa yang
tepat kita tidak memerlukan prinsip-prinsip baru dalam mengaplikasi ponguatan
kondisi n operan terhadap pendidikan.
Pengajaran akan lebih efektif jika(1 kan pun guru mwmberikan materi
dalam langkah langkah yang lebih kecil(2 para siswa merespons tif daripada
sekadar mendengarkan secara pasi guru memberikan umpan- wcara balk angsung setelah didapatkan respons
respons dari pembelajar, dan siswa
mempo: lari materi yang diberikan sesuai
dengan ritme mereka sendiri Proses dasar pengajaran melibatkan pembentukan
tujuan dari pengajaran(perilaku awal siswa ditdentifikasu langkah yang
diinginkan) dan p yang bermu
dariperilaku awa dan rumuskan: dan
Akhirnya, tiap sub langkah
merepresentasikan sebuah modifikasi kecil dari sub langkah sebelumnya siswa
digerakkan sepanjang rangkaian pembentukan ini ntengkunakan berbagai pendekatan
yang meliputi demon belajar dalam menwrima kecil dan tugas individu siswa
sweara aktif merespons terhadap materi dan umpan balik langsung mengetahui
socara te Pendekatan n di atas berupa pengetahuan yang at dinyiliki oleh siswa
dan tujuan turuan yang diharapkan dalam hal apa yang ikan pembelajar. Perlaku perilaku ysng dinginkan sering dildentifikasi
sebagai"uu n turuan behavvoral atau tujuan tuhan yang terkait dengan
perilaku. topik yang bentar la okan
dibahas l'erbedaan perbedaan antarindividu diperhitungkan dengan memulai
pengajaran pada level level kinona siswa saat ini dan membantu mereka untuk
dengan kecepatan mereka sendiri Dengan metode metode mengajar yang berlaku lam
sistem pendidikan kita, tujuan-tujuun
ini tampaknya tidak praktis karena guru harus memulai pengajaran pada poin pain
berbeda dan menga materi dengan xcepatan yang berbeda-beda untuk yang
pengalaran masing-masing siswa. Dalam
hal ini, dalam terprogram akan men
permasalahan ini Srswa mulai pada poin tertentu Aan rnateri yang berkaitan
dengan tevel level kinerja mereka, dan
mereka bemroses der kecepatan mereka sendiri
Muatan
selebihnya dari bagian pembahasan ini menggambarkan beberapa aplikasi
pengajaran yang menggabungkan prinsip-prinsip be semua aplikasi didapatkan dari
teori skinner atau dari teori-teori lain yang telah dibahas dalam bab ini
tetapi semuanya mencerminkan ide-ide pokok dari behaviorisme pada tataran
tertentu Tujuan-Tujuan Behavioral(Behavioral objectives) Tujuan-tujuan behavioral atau tujuan-tujuan
yang terkait dengan perilaku adalah per-
Tujuan semacam yang jelas tentang hasil yang dikehendaki dari proses
belajar siswa itu dapat berkisar dari yang umum ke yang spesifik. Tujuan-tujuan umum atau yang kurang konkret
seperti"meningkatkan kesadaran siswa"
dapat dipenuhi oleh hampir segala jenis pengajaran. Sebaliknya,
tujuan-tujuan yang terlalu spesifik dan yang mendokumentasikan setiap
detail perilaku siswa akan memakan banyak waktu untuk menuliskannya dan dapat
menyebabkan guru tidak bisa melihat hasil-hasil pembelajaran yang paling
penting. Tujuan-tujuan yang optimal ada
di antara dua poin ekstrem tersebut. Sebuah tujuan behavioral menggambarkan
apa yang dilakukan siswa ketika memper-
lihatkan prestasi-mereka dan bagaimana guru mengetahui apa yang sedang
dilakukan siswa(Mager, 1962). Sebuah tujuan yang bagus terdiri dari empat
bagian: Kelompok siswa yang spesifik Perilaku-perilaku aktual yang harus
dialankan siswa sebagai akibat aktivitas-akti vitas pengajaran Kondisi-kondisi
atau konteks konteks di mana siswa akan menalankan perilaku. rilaku tersebut menilai perilaku-perilaku
siswa untuk mengetahu: apakah kritori
kriteria dalam ukan telah dipenuhi turuan-tuluan yang dite Subuah h tujuan
dengan bagian-bagian yamg eridentifikasi ditampilkan seperti rikut ini Drneun
diberikannya delapan tambahan soal pecahan dengan pembagi pembagi
atematika(1) akan menulis. kin lumlah jumlah yang benar(21 setidaknya
tujuh delapan soal(41 Tujuan-tusyuan behavioral dapa membantu menentukan
hasil-hasil akhir pembelajaran penting yang membantu perancangan rencana
pelataran dan pengujian untuk mbelajaran Berdasarkan tujuan-tujuan dari materi
pelajaran dan jumlah waktu yang ditentukan untuk menyelesaikannya, suru dapat menetapkan tujuan-tujuan mana yang
penting dan setelah itu fokus pada turuan-turuan yang telah diseleksl ut
Meskipun tujuan-tujuan untuk hasil-hasil pembelajaran yang levelnya lebih indah
Pengetahuan, pemahaman Puda umumnya
lebih mudah untuk diidentifikasikan luuan tujuan behavioral yang bagus dapat
dituliskan untuk menilai hasil-hasil belajar tingkatannya lebuh tingsi
taplikasi. analisis sintesi
evaluasi) pula. l'enclitan menuntukkan bahwa siswa diberi
tujuan-tujuan behavioral menjadi i il baik dalam mengingat kata kata dara
informasi verbal dibandingkan dengan siswa tidak diberi uluan tu uan Faw
Walter. 177 Hamilton. 19s5)
Tujuan dapat memb n tanda bagi siswa untuk memproses info si puda level
yang sesuai; maka konku siswa diberi
tuluan turuan yang mengharusannyA mengingat mereka skan ber- latili dan melakukan trate. strategi lainnya yang dapat membantunya
berhasil dalam an tersebut enelitian luga me ukkan bahwa memberi s tujuan tujuan
tape in udak meningkatkan pembelajaran atas materi materi ya tdak berkaitan
dengan turuan tujuan tersebut Ducha tel Brown.
1974 yang berarti bahwa siswa berkonsentrasi pada mater muten pelataron
yang relevan dengan tujuan tujuan itu dan mengabaikan mater materi lainnya Etek
dari tujuan terhadap pembelajaran tergantung pada pengalamsn s sebelum tuluan
berapa penting mereka memandang nya dengan tujuan tersebut dan pada setu, utuhan dalam mengunakan tujuan-tuluan atau
pengetahuan tentang perwajaran berhau nteri menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik diband dengan tidak adany.
Latihan an pengetahuan tersebut.
Ketik iswa dapur menemukan sendin materi ang penting untuk dip laur, membarikan mereka tua an niuan tidak kan
bantu pembelajaran Memberi tahu
siswa tentang tujuan-tujuan kiranya akan lebih penting ketika siswa belum tahu
materi-materi mana yang penting Selain itu,
Muth. Glynn Britton dan
Graves(1988) menemukan bahwa struktur
teks dapat mengurangi efek tujuan-tuju pembelajaran. Informasi yang dibuat penting dengan cara
ditempatkan pada posi menonjol(misalnya:
ditaruh di awal sebuah teks atau ditandai) akan diingat dengan baik bahkan ketika tidak
ada tujuan-tujuan yang diberikan Waktu Belajar Teori operan memprediksikan
bahwa variabel-variabel lingkungan memengaruh siswa. Satu variabel lingkungan yang utama adalah
waktu belajar pembelajaran Caroll(1963,
1965 memformulasikan model pembelajaran di sekolah yang meniti beratkan
pada variabel pengajaran berupa waktu yang digunakan untuk belajar. Siswa dapat belajar dengan baik ketika mereka
dapat menggunakan jumlah waktu yang mercka butuhkan untuk belajar Dalam hal
ini, tenktu yang dimaksud adalah waktu
untuk terlibat secara akademis atau waktu yang digunakan untuk memerhatikan dan
mencoba untuk belajar Meskipun waktu merupakan sebuah variabellingkungan(dapat
diamati, definisi ini bersifat kognitif
karena maknanya melampaui indikator perilaku sederhana berupa waktu yang diukur
oleh jam, Dalam kerangka pandang ini
Caroll merumuskan faktor yang dibutuhkan dan Berapa faktor yang memengaruhi
berapa banyak waktu bela banyak waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar
Waktu yang Dibutuhkan untuk Belajar.
Salah satu pengaruh terhadap f itugt mury the laskl Kecenderungan
bel. adalah kecenderungan tukmmtpelajarit
tergantung pada jumlah pembelajaran sebelumnya yang relevan dengan tugas dan
pada karakteristik-karakteristik personal seperti kemampuan dan sikup. Faktor kedua adalah kemampuan untuk mrmahami
prajarar Variabel iniberinteraksi dengan metode penga ran contohnya seba siswa
memahami pengajaran verbal dengan baik sementara sebagian yang lainnya lebih
dapat belajar dengan baik dari presentas presentasi visual Kualitas aran
mengacu pada seberapa baik tugas di dan disajikan pada para pembelajar. Kualitas mencakup hal yang disampaikan pada
para pembelajar, apu yang akan mereka
pelajari dan bagaimana mereka akan mempelajarinya, kondisi di man mereka memiliki kontak yang memadai
dengan materi-materi pelajaran dan berap Makin pengetahuan prasyarat yang
didapatkan sebelum mempelajari tuga rendah kualitas pengajaran, makin banyak waktu yang dibutuhkan siswa
untuk belatar Waktu yang Digunakan untuk Belajar Waktu yanv dialokasikan untui
brlanr mencakup begitu ban muutur ah satu pengaruh terhadap iaktor ini, Kurikulum sokolah ar sehingga waktu yang
dialokasikan untuk tipe pembelajaran tertentu kurang dari optimal bagi sebagian
siswa Ketika guru menyampaikan materi ke seluruh siswa skaligus dalam kelas, bagian siswa mungkin akan kesulitan memahami
semuanya dan memutuhkan tambahan pelajaran.
Ketika siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan waktu yang dialokasikan
untuk muatan a yang berbeda.beda akan beragam tergantung pada kelancaran siswa
dalam belajar. l'ensaruh kedua ndalah
banytonyt tonktu bersedradilii angkanoleh sisa untuk belajar. Meskipun siswa diberi banyak waktu untuk
belajar, mereka bisa saja tidak
memperguna waktu yang tersedia secara produktif, Apakah itu karena minat yang rendah, tingkat litan tugas dalam pandangan
siswa, atau faktor-faktor lainn siswa
bisa menjad tidak termotivasi untuk bertahan dalam mengerjakan suatu tugas
selama jungka waktu yang mereka butuhkan untuk mempelajarinya. Caroll memasukkan faktor-faktor ini ke dihm
sebuah rumusan untuk meng tingkat pembelajaran(degree learnin untuk swa yang
menghadapi tugas tertentu tingkat pembelajaran waktu yang digunakan/wsktu yang
dibutuhkan Idealnya siswa menggunakan sebanyak mungkin waktu yang mereka
butuhkan untuk belajar(tingkat pembelajaran 1.0), tetapi biasanya siswa menggunakan lebih
banyak waktu tingkat pembelajaran atau lebih sedikit tingkat pembelajaran tri
waktu yang mereka butuhkan Model perhitungan Card menonjolkan pentingnya waktu
keterlibatan akademik garuhi waktu yang diguna yang dibutuhkan untuk belajar
dan fak yang dan waktu yang dibutuhkan untuk belajar. Model ini melibatkan prinsip-prinsip
psikologi yang valid, tetapi hanya pada
level umum seperti faktor-faktor pengajaran atau motivasional Model ini tidak
mengeksplorasi keterlibatan kognitif secara mendalam Caroll(1989) mengakui bahwa dibutuhkan lebih banyak peneli
untuk memenuhi sebagaimana yang akan dibahas selanjutnya para peneliti belajar
detail-detail tersebut menguasai yang telah meneliti sesara sistema variabel
waktu memberikan rincian yang lebih lengkap dalam hal ini. senada dengan apa yang disampaikan olen
Skinner(19os. banyak pendidik me- luhkan tentang bagaimana waktu telah
disalahgunakan(Zepeda& Mayers. 2006 variabel waktu adalah hal yang utama
dalam pemb pembahasan dewasa ini mengenai cara cara memaksimalkan prestasi
siswa Contohnya. undang undang Nociuld
Beimd tahun 2001 memperluas peran pemerintah federal dengan sangat signifikan
dalam pendidikan dasar dan menengah(Shaul&Ganson, 2005).
Meskipun undang-undang ni tidak memelaskan berapa banyak waktu yang
harus dicurahkan untuk pengajaran, namun
adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk prestasi belajar siswa dan
standar standar akuntabilitasnya ditambah dengan berbagai himbauan para penulis
untuk mempergunakan waktu dengan lebih baik telah mendorong sistern-sistem p
ngelolaan sekolah untuk meneliti kembali penggunaan waktu mereka dalam membantu
swa belajar secara lebih haik. Hasilnya,
banyak sekolah menengah yang meninggalkan jadwal sekolah untuk menerapkan
block scheduling Meskipun ada v variasi dalam pelaksanaannya banyak yang
menerapkan block AlB dimana pelajaran pelajaran di kelas diadakan seca
bergantian dengan periode waktu yang lebih lama harinya. pelajaran black scheduling memberi kesempatan
guru dan siswa untuk menyelesaikan materi secara lebih mendalam: hal yang sering tidak mungkin dilakukan dalam
periode period waktu kelas tradisional yang lebih pendek baru, tidak banyak penelitian y Mengingat bahwa block
masih relatif menilai efektifitasya.
Dalam tinjauan mereka,
zepeda& Mayers(2006) menemukan bahw block scheduling dapat
meningkatkan iklim sekolah dan nilai kumulatif rata rata siswa tetapi studi
studi mengenai hal ini menunjukkan hasil yang berbeda-beda untuk penelitia
tingkat kehadiran siswa dan skor skor tes standar block schedulity menjadi
makin Ketika digunakan, kita dapat
berharap akan ada lebih banyak pen diadakan untuk elitian mengklarifikasi
ketidakkonsistenan hasi hasil studi tersebut Sarana lain untuk meningkatkan
waktu belajar adalah melalui program-program luar kolah seperti program-program
selepas sekolah dan sekolah musim panas.
Dibandingkan dengan terhadap schedulins,
penelitian terhadap efek-efek program lu menunjukkan konsistensi yang
besar. Dalam tinjauan mereka, Lauer et al,
2006 menemukan efek dari program-program yang menunjang keterampilan
membaca dan matematika siswa.
Efek-efeknya lebih besar untuk program-program s privat). Mahoney,
Lord, & Carryl(2005) menemukan manfa perbaikan(misalnya manfaat
dari program selepas sekolah yang menunjang kinerja akademis dan motiv
anak-anak. Hasil hasilnya lebih besar
untuk anak-anak yang dinilai tinggi keterlibatannya dalam aktivitas-aktivitas
program selepas sekolah Sesuai dengan model Caroll,kita dapat menyimpulkan bahwa
program-program luar sekolah berhasil pada tataran di mana program-program
tersebut memfokuskan perhatiannya pada pembelajaran siswa dan untuk
memperlancamya memberikan dukungan duk Belajar Menguasai Model Caroll
memprediksi bahwa jika kecenderungan siswa untuk mempelajari sebuah bidang studi
berbeda.beda dan ka semuanya menerima jumlah dan tipe pelajaran yang sama
prestasi mereka akan berbeda.beda. Jika
jumlah dan tipe pelajaran beragam menurut perbedaan-perbedaan individual di
antara para pembelajar, maka tiap siswa
memiliki potensi untuk memperlihatkan penguasaan. Hubungan positif antara kecenderungan dan
prestasi akan hilang karena semua siswa akan memperlihatkan prestasi
cenderungan yang bang terlepas dari kecenderungan yang mereka miliki Ide-ide
ini membentuk landasan dari konsep belajar menguasai(Anderson, 2003 ulloom,
1976: Bloom. Hastings, & Madaus,
1971). Belajar nenguasai
menggabungkan ide ide Caroll dalam sebuah rencana pengajaran sistematis yang
meliputi penentua pe untuk perencanaan untuk penguasaan. pengajaran untuk penguasaan, dan penilaian penguasaan(Block& Burns.
1977). Belajar menguasai berisi
elemen elemen kosnitif meskipun perumusannya tampaknya lebih bersifat
brhavioral dibandingkan dengan Tenri teori kognitif yang nda saat ir. Untuk rener u guru mempersiapkan serangkaian
tujuan dan sebuah n akhir(tes suma Kemudian ditetapkan(misalnya di mana para
mata kelompok A biasanya belajar di bawah pengajaran tradisional. Guru memecah tujuan arannya menjadi
materi-materi pelajaran yang dipetakan menurut tujuan mata pelajaran Maksud
dari untu adalah, guru merencanakan
untuk mereka sendiri dan untuk di dalamnya mencakup prosedur prosedur umpan
balik perbaikan(evaluasi formatif Evaluas:
tersebut biasany rupa tes tes penguasaan materi yang menetapkan
penguasaan pada lev(misalnya: 90%. Pelajaran perbaikan yang diberikan puda para
siswa yang gagal menguasai aspek-aspek dari tujuan-tujuan materi pelajaran
diadakan dalam sesi sesi kelompok bola kecil,
pelamar n-pelajaran privat. dan
materi-materi tambaha ada permulaan pe yaran untu prengurkaan guru mengarahkan
pada prosedur prosedur penguasaan dan memberikan pelataran untuk keseluruhan
lam kelompok-kelompok kecil atau aktivitas-aktivitas tugas individu. memberi tes formatir dan menyatakan para
siswa yang mana saja yang telah mencapai ever ang dapat kelompok-kelompok
mengulang materi materi yang menyulitkannya.
uun loman temannya vang telah menguasai materinya Guru memberi waktu
untuk mempel ari materi materi perbaikan di samping juga mengenakan PR Penlaian
untuk Tesnya ada pada level pencapaian mata pelajaran tersebut atau di atasnya
mwndapatkan nilai mereka yang skornya di bawah level akan i sesuai dengan
tingkatannya l'enekanan pada kemampuan siswa sebagaipenentu penentu
pembelajaran mungkin k tidak menarik mengingat bahwa pada umumnya
intervensi-intervensi pen"dak banyak mengubah kemampuan Bloom d976) juga menitikberatkan pentingnya rulvi hetvr
dari persekolahan: perilaku.per
walkogniti(misalnya keterampilan keterampilan siswa dan stra:egistrate
pengolahan permulaan pengaaranu karakterstik karakteristik afeaturmisalnya
minat motivasi) dan faktor-faktor
spesifik yang memengaruhi kualitas pengajaran(mistinya Partisipasi siswa, tipe umpan balik perbaikan
Intervensi-intervensi pengajaran dapat meningkatkan variabel-variabel ini
Tinjauan tinjauan ten ang efek bolajar menguasai terhadap prestasi belajar
siswa bermacam-macam. Block dan
Burns(1977) umumn meliha: belajar menguasai lebih efektif daripada
bentuk-bentuk tradisional pembelajaran.
Dan penelitian mereka terhadap mahasiswa. Peladeau,
Forget, dan Gagne(2003) mendapatkan hasil hasil yang mu nunjukkan
bahwa belajar menguasai meningkatkan prestasi belajar siswa ingatan langka
panjang, dan sikap terhadap mata
pelajaran dan pokok bahasan Kulik.Kulik,dan Bangurt Drowns(1990) meneliti lebih dari 100 evaluasi terhadap
program-program belajar menguasai dan menemukan efek efek positif terhadap
kinerja kinerja akademis dan sikap sikap yang terkait dengan mata pelajaran
kuliah pada pembelajar-siswa tingkat per Ruruan tingsi SMA dan SD kelas akhir
Merekaluga menemukan balwabelajar menguasa dapat meningkatkan waktu yang
digunakan siswa untuk mengenakan tugas tu:n pelajaran. Sebaliknya Bangert Kulik, dan Kulik 0983) menemukan bukti-buktiyang kurans mendukung
program-program belajar menguasai.
Mereka b pendapat bahwa ngajaran berbasis Penguasaan lebih efektif untuk
level perguruan tinggi daripada untuk level level dibawahnya Tak diragukan
lagi, efektivitasnya tergantung puda
kondisi kondom peng jaran yang tepat misalnya: perencanaan,
pengajaran, penilaian yang sedang
dibangun(Kulik et al., 1990) Para siswa yang mengikuti pengajaran pengua
sering menghabrskan lehth banyak waktu untuk belajar dibandingkan dengan para
siswa di kelas kelas internasional(Block&
Bums, 1977). Mengingat bahwa iam belajar utama adalah di
sekolah, banyak aktivitas-aktivitas
penguasaan terutama usaha-usaha perbai ikan harus dis di luar jam-jam sekolah
rutin Kebanyakan penelitian m efek efek pengajaran penguasaan yang lebih kecil
terhadap hasil-hasil afektif(mislnya ketertarikan dan sikap terhadap pokok
bahasan) daripada terhadap hasil-hasil
akademis Sebuah dasar pikiran penting tentang belajar menguasai menyatakan bahw
pwr bedaan perbedaan individual dalam pembelajaran si menurun seiring dengan
waktu Anderson(1976) menemukan bahwa
ketika para siswa dalam program perbaikan m apatkan pengalaman mengikuti
pengajaran penguasaan reka berangsur membutuhkan lebih sedikit waktu ekstra
untuk mencapai penguasaan karena keteram pilan-keterampilan awal mereka
meningkat Hasil has ini mengimplikasikan manfaat manfaat kumulatif dari belajar
menguasai Akan tetapi masih ada pertanyaan yang tervia yaitu tentang berapa
banyak latihan yang dianggap cukup Peladeau et al 200y Tertitu banyak latihan
yang diulang bisa jadi menimbulkan efek negatif terhadap mori. as,
yan berarti tidak akan meningkatkan pembelajaran Poin pain ini
membutuhkan pereltan lebih lanjut,
tetapi memiliki implikasi-implikasi pengajaran yang penting Beberapa
contul belajar menguasai diberikan dalam Aplikasi
Pelajaran
Terprogram Pelajaran Terprogram(PVProgrammed Instruction merupakan
materi-materi pelajaran yang dikembangkan menurut prinsip-prinsip pembelajaran
pengkondisian operan(O Day, Kulhavy, Anderson, & Malczynski,
1971). Pada 1920-an, Sidney Pressey merancang mesin- mesin yang penggunaan utamanya adalah untuk
memberikan tes. Para siswa diberi
pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda lalu mereka menekan sebuah tombol yang
sesuai dengan jawaban yang mereka pilih.
Jika siswa benar, mesin akan
memberikan pilihan berikutnya; jika
respons mereka salah, kesalahannya
dicatat dan mereka melanjutkan E merespons item-item lain Skinner menghidupkan
kembali mesin Pressey pada1950-an dan mengubahnya untuk menyertakan
pengajaran(Skinner, 1958). Tiap frame/kotak mengharuskan siswa mem- berikan respons yang jelas. Materi materinya dirangkaikan secara
hati-hati dan dipecah pecah menjadi unit-unit kecil untuk meminimalkan kesalahan. Siswa menerima umpan- balik langsung yang memberitahukan keakuratan
dari tiap respons. Mereka berlanjut ke
frame berikut ya ketika awaban mereka benar ketika lawaban mereka salah. Ada materi tambahan yang ditampilkan untuk
Meskipun kesalahan-kesalah bahwa siswa akan berhasil dirancang untuk
meminimalisir kesalahan da memastkan(Benjamin 1985) Ada banyak manfaat ketika secara umum st bela
ar yan menunjukkan kinerja bagus Akan tetapi,
sebagaimana yang dikatakan sebelumnya penelitiar menuntu menemukan bahwa
kesalahan yang sesekalirerad, dapat
meningkatkan kekiginan dalin-enyelesaikan tugas-tugas yang sult dibandingkan
keberhasilan yank menurus Selain itu,
yang konstan tidak dapat menunjukkan kapabilitas kapibilitas seseorang
tidak ti kesulitan yang kadang-kadang muncul karena kesulitan y sesekali muncul
dapat menginformasikan apa yang bisa dilakukan seseorang dan a tidak. Ini bukan berarti bahwa guru harus membiarkan
para siswanya g dalam kondisi kondisi yang lepar siswa dapat mengambil manfaat
dari tugas-tugas y disusun sedemikian rupa sehingga kadang-kadang mereka menemui
kesulitan memerlukan penggunaan mesin Buku yang dituli Halland skinne, 19ony adalah contoh PL Namun, saat ini sebagian besar PI dikomputerisasikan
dan banyak program Program pengajaran komputer memasukkan pri pengajaran
behavioral PI melibatkan beberapa prinsip pembelajaran(o Day et al 1 71 Tujuan
tuman Maleri menentukan apa yans harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan
petalaran pelajaran dibagi bagi menjadi frame-rame yang ditampilkan berurutan
masing ing memberikan sebagian kecil informa atau pengetahuan dan sebuah item
tes yang akan direspon pem nelajar Meskipun banyak materi yang dapat dimasukkan
dalam program, peningkatan dari fram ke
frame kecil a berproses dengan kecepatan nk sendiri dan merespons pertanyaan-pertanyaan
selagi mereka berusaha menyel program a diminta memberikan respon respons yang
bisa berupa kata-kata ang angka atau memilih beberapa pernyataan yang paling
tepat dengan ide y ditampilkan Umpan-balik tergantung pada respons pembelajar
lika siswa benar item berni urnv akan diberikan lika lawaban swa salah, informasi perbaikan tambahan akan ditampil
kun dan item tersebut diteskan lagi dengan bentuk yang sediki Karena
mencerminkan pembentukan peningkatan peningkatan kinera kr siswa hampir selalu
meres dengan benar Prokram iinear dan bercabang dibeda menurut bagaimana
program-program tersebut menangani kesalahan p belajar Program-progrmi tuntat
disusun d cara tertentu sehingga semua visv men jalaninya dengan rangkaian yang
sama(tetapi tidak selalu dengan kecepatan yan.
samai Tidak masalah apakah siswa nrerespons dengan benar atau salah
terhadap sebuah frame mereka dapat berlanjut ke frameberikutnya dimana mereka
menerima umpan balik keakuratan jawaban mereka Program progra meminimalkan
kesalahan-kesalahan dengan membahas materi yang sama di lebih
dari satu frame dan dengan mendorong respons-respons siswa.
Frame
frame dari Program Linear Program-program herrah disusun sedemikian rupa supaya
pergerakan proses siswa ketika menjalaninya tergantung pada bagaimana mereka
menjawab pertanyaan-perta nv an(Gin bar 1.5).
Siswa yang belajar dengan cepat melompati frame frame dan tidak usah
melewati banyak pengulangan seperti pada program-program linear sementara iswa
vang lambat belajarnya menerima pelayaran tambahan Kekurangan dari program scabang
adalah program ini tidak memberikan pengulangan yang memadai untuk me mastikan
bahwa semua siswa telah memahami konsep-konsep yang diajarkan dengan baik
Penelitian menunjukkan bahwa program linear dan bercabang meningkatkan pem- belajaran siswa dengan tingkatan yang
seimbang dan bahwa PI sama efektifnya dengan pengajaran kelas
konvensional(Bangert et al., 1983, Lange,
1972) Tentang apakah Pl akan
dipakai sebagai pengganti pengajaran tradisional sebagian tergantung pada
seberapa baik program-program yang ada menyelesaikan cakupan dan rangkaian
pelajaran yang ditentukan. Tampaknya Pl
bermanfaat terutama untuk para siswa yang menunjukkan kelemahan-kelemahan
keterampilan dan dengan belajar melalui progr um ini mereka akan mendapatkan
pelajaran dan latihan perbaikan PIjuga bermanfaat untuk keperluan mem- pois ri suatu topik secara mandiri elajaran
terprogram dalam format komputer adalah tipe pelajaran berbasis mputer Inset
reitr Sampaibeberapa tahun yang lalu CHI merupakan yang paling umum dari
pembelajaran komputer di sekolah sekolah danassen saat ni mereka menggunakan
internet CB1 sering digunakan untuk memberikan n dan tutorial tutorial
Latihan-latihan soal mengulang informasi enrera utoriai bersilat interaktil
Lanhan soal dan tutorial memberikan informasi lan umpan balik kepada siswa dan
memberikan respons berdasarkan jawaban-jawaban wa(misalnya program-program
bereabangn Studi studi yang dalam kuliah kuliah di perguruan ringgi
nenghasilkan efek efek yang bermanfaat terhadap prestasi belajar d sikap-sikap
siswa kulik, Kulik Cohen so Beberapa
fitur CBI sangat didasarkan pada teori dan penelitian pem belajaran Komputer
mengarahkan perhatian siswa dan memberkan umpan-balik lang ung tipe pengalaran
yang tiasanya tidak diberikan dalam kelas(misalnya, me.
ngetahui bagaimana kinerna belalar saat ini dibandingkan dengan k
sebelumnya untuk mengamati kemajuan siswa).
Komputer dapat menyesuaikan materi pelajaran dan kecepatan pemberian
materi untuk masing-masing individu kipun latihan latihan soal dan tutorial
memberdan batasan batasan yang ketat untuk bagaimana siswa berinteraksi dengan
materi, salah satu kelebihan CBI adalah
ayatai cahwa ieknik iro dapat dipersonalisasikan siswa memasukkan unformaxi n, yang kemudian dimasukkan ormasi tentang diri
merei a orang tua. dan falam perwalian
pelajaran Personali si dapat munghasilkan prestasi y lebih tinggi lunskan lo
format pengajaran lainsya(Anand fe Ross 19 Ross McCormick Anand tws i Arand dan
Rose menyampaikan pelajaran pada Para siswa tent ng pembagian pecahan menurut
alah satu dan tiga format permasalahan strah konkret. rionalisasi) (Avstraki Ada tiga benda MajinB
masurg dibagi menjadi dua bagian yang sama sra keseluruhan berapa potong benda
yang dipero okonkreti y mempunyai tiga batang permen la memotong masing masing
permen di dua bagian yang See tu keseluruhan berapa potong p yang dam Billy
sekarang? memberi kejutan
untuk(Perminalisasi untuk towph Guru lowept Mrs Willi 15 Desember des
memberinya tiga batang p rmen loseph memotong sg masing permen menjadi dua
bagian yan sama supaya ia dapat membag a keseluruhan berapa potong iilang
tahunnya dengan teman var dimiliki to Heph sekarang' (hlin T3 yang
dipersonalisa ikan dapat menghasilkan pembela anan dan transfer yang daripada
format abstrak Format pentonatisari ruga menghasilkan sikap vana i po tif
terhadap pelajaran daripada format konkret.
Kontrak Kontingensi dan siswa
dalam menentu adalah kan tugas apa yang akan diselesaikan oleh siswa dan hasil
yang diharapkan(penguatan) untuk
memperoleh kinen yang Hon me c envi belajur 1970) Sebuah kontrak dapat dibuat secara verbal
meskipun bia Gonzales, 5. bentuknya tertulis, Guru dapat merancang kontrak dan menan pada
siswa apakal ia dengan rancansan tersebut tetapi biasanya suru dan swa membuatn
bersama-sama Keuntungan dari partisipasi bersama ini adala siswa dapat mere a
lumih berkomitmen untuk memenuhi kelentuan ketentuan dalam kontrak Ketika
seseoram berpartisipasi d pemilihan tujuan,
sering kali ia lebih neras,
berkomitmen datum mencapai tujuan tersebut dan pada kalau ia tidak
diikutsertakan dalam proses pemilil tujuannya(Locke Latham 1990 Kontrak
menentukan rujuan tujuan atau hasil hasil akhir yang diharapkan dalam kaitannya
dengan perilaku-perilaku tertentu yang harus diperlihatkan Yang di dengan
kontingensi adalah hasilakhir yang diharapkan,
yang sering dinyatakan dengan kau melakukan ini, maka kau akan mendapat itu
Peniaku-perilakunya haru spesifik-
contohnya, "Aku akan menyelesaikan halaman 1.30 dalam buku
matematikok dengan tingkat keakuratan minimal atau"Aku akan diam di ten
pat dudukku lam waktu membaca Perilaku perilaku umum(misalnya"Aku akan bel
atau"Aku akan bertingkah laku baik tidak dapat diterima Untuk ar waktunya
harus singkat tebih dan satu Aal api tujuan tujuannya dapat mencakup aktivitas
belajar seperti misalnya penode waktu 30 menit ecurw tw turut-turut at periode
belajar studi studi sosial untuk u minggu Kontrak yang dibut dapat itt cakup ku
perilaku akademik maupun non akademik(Aplikasi Menyusun kontrak bersama dengan
sisws dan mengawasi kemaluannya memakan waktu cukup lama Untungnya kebanyakan
siswa lidak memerluken untuk dapat berperilaku baik atau menyelesaikan tugas
kela. Tampaknya trak ottanfaat bagai
sarana membantu siswa mengenakan tugas-tugas secara lebih prod ikun Tugas yang
panjang dan jangka waktunya dapar dibagi-bagi menjadi scranek dengan romegai
tanggul p nyr erzian tare eti ya rypr target-target yangka pendek a unui tetap
bekena sesuai idwal dan dapat menym rencanaan Ini membantu s tugasnya tepat
waktu Kontrak kontingensi didasar an pada pensip bahna target maager yang saat
itu ada di depan mata dan dapat diselesaikan,
akan mema(Schunk 19''5) Kontrak
ju memberkan inrormasi peda-swa tentang sema aan dalam menyelesaikan tugasny
Inform seperti inn darsh meningkat memperkuat kemajuan seswa dalam belajar atau
dalam menunhr kan banyak n dengan pengenaan tugas
0 komentar:
Posting Komentar